Model, pendekatan, dan tekhnik supervisi pembelajaran
MAKALAH SUPERVISI PEMBELAJARAN
TENTANG
MODEL, PENDEKATAN, dan TEKHNIK SUPERVISI PEMBELAJARAN
NAMA KELOMPOK AP 3 :
NURUL ATIKA
SELSY MARSELIA
RISKY PRATAMA
MUSTIADI
L WAHYU SATRIA NOPANDI
ADMINISTRASI PENDIDIKAN
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
INSTITUT KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN IKIP MATARAM
TAHUN AJARAN 2019 / 2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur senantiasa kami pajatkan kehadirat tuhan yang maha esa atas semua limpahan rahmat-nya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul Supervisi Pembelajaran ini meskipun dengan sangat sederhana. Harapan kami semoga makalah yang telah tersusun ini dapat bermanfaat sebagai salah satu rujukan maupun pedoman bagi para pembaca, menambah wawasan serta pengalaman, sehingga nantinya kami dapat memperbaiki bentuk ataupun isi makalah ini menjadi lebih baik lagi.
Sebagai penulis, kami mengakui bahwasanya masih banyak kekurangan yang terkandung di dalamnya. oleh sebab itu, dengan penuh kerendahan hati kami berharap kepada para pembaca untuk memberikan kritik dan saran demi lebih memperbaiki makalah ini. terima kasih.
Mataram, 03 Oktober 2019
Penyusun
DAFTAR ISI
COVER i
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iii
BAB I PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
BAB II PEMBAHASAN 2
Supervisi Pembelajaran 2
Model Pendekatan dan Teknik Supervisi 3
1). Model Supervise 3
2). Pendekatan Supervise 5
3). Teknik Supervisi 7
BAB III PENUTUP 14
Kesimpulan 14
DAFTAR PUSTAKA 15
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Seorang Dosen merupakan suatu profesi, yang berarti jabatan tersebut memerlukan keahlian khusus dan tidak dapat dilakukan oleh sembarang orang di luar bidang pendidikan. Seorang dosen perlu mengetahui dan menerapkan beberapa prinsip mengajar agar dapat melaksanakan tugasnya secara professional, yakni dapat membangkitkan perhatian mahasiswa terhadap materi perkuliahan yang diberikan, dapat membangkitkan minat mahasiswa untuk aktif menemukan sendiri pengetahuan, mampu menyusun urutan materi perkuliahan agar mahasiswa dapat mempunyai pemahaman yang utuh mengenai materi perkuliahan, mampu memberikan contoh aplikasi dari materi perkuliahan yang diberikan guna memperkuat pemahaman mahasiswa, mampu melakukan repetisi atau pengulangan agar materi yang diberikan menjadi semakin jelas, mampu membangun karakter mahasiswa untuk membina hubungan profes baik di dalam kelas maupun di luar kelas, dan mampu memotivasi mahasiswa untuk maju dan berprestasi.
B. Rumusan Masalah
1. Apa saja Model Supervisi Pembelajaran ?
2. Apa saja Pendekatan Supervisi Pembelajaran ?
3. Apa saja Teknik Supervisi Pembelajaran ?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui Model Supervisi Pembelajaran.
2. Untuk mengetahui Pendekatan Supervisi Pembelajaran.
3. Untuk mengetahui Teknik Supervisi Pembelajaran.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Supervisi Pembelajaran
Menurut Kimball Wiles (dalam Sahertian, 2008 : 18), supervisi adalah bantuan yang diberikan untuk memperbaiki situasi belajar–mengajar agar dapat menjadi lebih baik. Seorang supervisor yang baik sebaiknya memiliki lima ketrampilan, yaitu: Ketrampilan dalam hubungan kemanusiaan, Ketrampilan dalam proses kelompok, Ketrampilan dalam kepemimpinan pendidikan, Ketrampilan dalam mengatur tenaga kependidikan, dan Ketrampilan dalam evaluasi. Istilah supervisi pendidikan sudah cukup lama dikenal dalam dunia pendidikan di Indonesia. Pengertian supervisi pendidikan pada umumnya mengacu kepada usaha perbaikan situasi belajar mengajar. Akan tetapi nampaknya masih terdapat banyak keragaman pendapat para ahli dalam menafsirkan istilah tersebut. Sedangkan Supervisi pembelajaran dimaknai sebagai bimbingan professional bagi guru-guru dalam bidang pembelajaran agar dapa melaksanakan tugas-tugasnya dengan baik sebagai tenaga pendidik dan pengajar. Kegiatan pembelajaran disini maksudnya adalah segala hal yang berkaitan dengan berhasilnya proses pembelajaran seperti kemampuan membuat silabus, RPP, evaluasi belajar, pemilihan metode dan teknik mengajar dan mendidik, menentukan alat dan bahan belajar serta kemampuan menggunakan media dan teknologi
Kegiatan pokok supervisi adalah melakukan pembinaan kepada lembaga pada umumnya dan kepada dosen pada khususnya agar kualitas pembelajarannya meningkat. Sebagai dampak meningkatnya kualitas pembelajaran, tentu dapat meningkat pula prestasi belajar mahasiswa, dan itu berarti akan meningkat pula kualitas lulusan dari lembaga tersebut. Jika perhatian supervisi sudah tertuju pada keberhasilan mahasiswa dalam memperoleh ilmu pengetahuan dan ketrampilan maka berarti kegiatan supervisi sudah sesuai dengan tujuannya.
Suharsimi Arikunto dalam bukunya yang berjudul Dasar - Dasar Supervisi ( 2006 : 5 ), ditinjau dari kegiatan supervisi, maka supervisi dapat dibedakan menjadi dua, yakni :
1). Supervisi akademik adalah supervisi yang obyeknya menitik beratkan pengamatan pada masalah akademik, yaitu yang langsung berada dalam lingkup kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh dosen untuk membantu mahasiswa ketika “ sedang dalam proses belajar atau mempelajari sesuatu “. Disebut supervisi akademik karena obyek utamanya adalah aspek- aspek akademik. Supervisi akademik dapat dilakukan oleh intern lembaga sendiri yaitu oleh teman sejawat, ketua program studi atau Pembantu Rektor I bidang akademis.
2). Supervisi administrasi adalah supervisi yang obyeknya menitik beratkan pengamatan pada aspek-aspek administrasi yang berfungsi sebagai pendukung dan memperlancar terlaksananya proses pembelajaran, dapat berupa kurikulum sekolah, penentuan dosen pengampu mata kuliah, penyusunan jadwal kuliah, laporan nilai mahasiswa, presensi kehadiran dosen dan mahasiswa, rasio dosen dan mahasiswa, tingkat pendidikan dosen dan tenaga kependidikan, prestasi yang diperoleh mahasiswa dsb. Supervisi administrasi dapat dilakukan oleh internal lembaga.
B. Model, Pendekatan dan Teknik Supervisi
1. Model Supervisi
Khusus dalam bahasan ini adalah model yang berkaitan dengan supervisi, lebih tepat menggunakan istilah acuan yang dipakai dalam melaksanakan supervisi. Sahertian (2000) membagi model supervisi menjadi empat bentuk, yakni :
a). Model konvensional (tradisional)
Model ini tidak lain dari refleksi dari kondisi masyarakat pada suatu saat. Pada saat kekuasaan yang otoriter dan feodal, akan berpengaruh pada sikap pemimpin yang otokrat dan korektif. Pemimpin cenderung untuk mencari-cari kesalahan. Perilaku supervisi ialah mengadakan inspeksi untuk mencari kesalahan dan menemukan kesalahan. Kadang-kadang bersifat memata-matai. Perilaku seperti ini disebut snooper vision (memata-matai). Sering disebut supervisi yang korektif. Memang sangat mudah untuk mengoreksi kesalahan orang lain, tetapi lebih sulit lagi "untuk melihat segi-segi positif dalam hubungan dengan hal-hal yang baik “. Pekerjaan seorang supervisor yang bermaksud hanya untuk mencari kesalahan adalah suatu permulaan yang tidak berhasil. Mencari-cari kesalahan dalam membimbing sangat bertentangan dengan prinsip dan tujuan supervisi pendidikan. Akibatnya yang disupervisi merasa tidak puas dan ada dua sikap yang tampak dalam kinerja yang disupervisi : (1) Acuh tak acuh (masa bodoh), dan (2) Menantang (agresif). Praktek-praktek supervisi seperti ini adalah cara memberi supervisi yang konvensional. Ini bukan berarti bahwa tidak boleh menunjukkan kesalahan. Masalahnya ialah bagaimana cara kita mengkomunikasikan apa yang dimaksudkan sehingga yang disupervisi menyadari bahwa dia harus memperbaiki kesalahan. Yang disupervisi akan dengan senang hati melihat dan menerima bahwa ada yang harus diperbaiki. Caranya harus secara taktis pedagogis atau dengan perkataan lain, memakai bahasa penerimaan bukan bahasa penolakan.
b). Model Supervisi Ilmiah
Supervisi yang bersifat ilmiah memiliki ciri-ciri sebagai berikut: (1) Dilaksanakan secara berencana dan kontinue, (2) Sistematis dan menggunakan prosedur serta teknik tertentu, (3) Menggunakan instrumen pengumpulan data, (4) Ada data yang objektif yang diperoleh dari keadaan yang real. Dengan menggunakan merit rating, skala penilaian atau checklist lalu mahasiswa menilai proses kegiatan belajar-mengajar dosen di kelas. Hasil penilaian diberikan kepada dosen sebagai balikan terhadap penampilan mengajar dosen pada semester yang lalu. Data ini berbicara kepada dosen dan dosen kemudian mengadakan perbaikan. Penggunaan alat perekam data ini berhubungan erat dengan penilaian. Walaupun demikian, hasil perekam data secara ilmiah belum merupakan jaminan untuk melaksanakan supervisi yang lebih manusiawi.
c). Model Supervisi Klinis
Supervisi klinis adalah bentuk supervisi yang difokuskan pada peningkatan mengajar dengan melalui siklus yang sistematik, dalam perencanaan, pengamatan serta analisis yang intensif dan cermat tentang penampilan mengajar yang nyata, serta bertujuan mengadakan perubahan dengan cara yang rasional. Supervisi klinis adalah proses membantu dosen memperkecil kesenjangan antara tingkah laku rnengajar yang nyata dengan tingkah laku mengajar yang ideal.
d). Model Supervisi Artistik
Mengajar adalah suatu pengetahuan (knowledge), mengajar itu suatu keterampilan (skill), tapi mengajar juga suatu kiat (art). Sejalan dengan tugas mengajar , supervisi juga merupakan kegiatan mendidik sehingga dapat dikatakan bahwa supervisi adalah suatu pengetahuan, suatu keterampilan dan juga suatu kiat. Supervisi itu menyangkut bekerja untuk orang lain (working for the others), bekerja dengan orang lain (working with the others), bekerja melalui orang lain (working through the others). Dalam hubungan bekerja dengan orang lain maka suatu rantai hubungan kemanusiaan adalah unsur utama. Hubungan antar manusia dapat tercipta apabila ada kerelaan untuk menerima orang lain sebagaimana adanya. Hubungan itu dapat tercipta bila ada unsur kepercayaan. Saling percaya, saling mengerti, saling menghormati, saling mengakui, saling menerima seseorang sebagaimana adanya.
2. Pendekatan Supervisi
Pendekatan Supervisi Pendidikan Pendekatan berasal dari kata approach adalah cara mendekatkan diri kepada objek atau langkah-langkah menuju objek. Sahertian (2000) mengemukakan beberapa pendekatan, perilaku supervisor berikut :
a). Pendekatan langsung (direktif) Pendekatan direktif adalah cara pendekatan terhadap masalah yang bersifat langsung. Supervisor memberikan arahan langsung, sudah tentu pengaruh perilaku supervisor lebih dominan. Pendekatan direktif ini berdasarkan pada pemahaman terhadap psikologis behaviouristis. Prinsip behaviourisme ialah bahwa segala perbuatan yang berasal dari refleks, yaitu respons terhadap rangsangan/ stimulus. Oleh karena dosen memiliki kekurangan, maka perlu diberikan rangsangan agar ia bisa bereaksi lebih baik. Supervisor dapat menggunakan penguatan (reinforcement)atau hukuman (punishment). Pendekatan seperti ini dapat dilakukan dengan perilaku supervisor seperti berikut ini: Menjelaskan, Menyajikan, Mengarahkan, Memberi contoh, Menerapkan tolok ukur, dan Menguatkan.
b). Pendekatan tidak langsung (Non-Direktif) adalah cara pendekatan terhadap permasalahan yang sifatnya tidak langsung. Perilaku supervisor tidak secara langsung menunjukkan permasalahan, tapi ia terlebih dulu mendengarkan secara aktif apa yang dikemukakan oleh dosen. Ia memberi kesempatan sebanyak mungkin kepada yang disupervisi untuk mengemukakan permasalahan yang mereka alami. Pendekatan non-direktif ini berdasarkan pada pemahaman psikologis humanistik. Psikologi humanistik sangat menghargai orang yang akan dibantu. Oleh karena pribadi dosen yang dibina begitu dihormati, maka ia lebih banyak mendengarkan permasalahan yang dihadapi oleh dosen. Yang disupervisi mengemukakan masalahnya. Supervisor mencoba mendengarkan, dan memahami apa yang dialami. Perilaku Ketiga supervisor dalam pendekatan non-direktif adalah sebagai berikut :Mendengarkan, Memberi penguatan, Menjelaskan, Menyajikan, dan Memecahkan masalah.
c). Pendekatan kolaboratif adalah cara pendekatan yang memadukan cara pendekatan direktif dan non-direktif menjadi suatu cara pendekatan baru. Pada pendekatan ini, baik supervisor maupun yang disupervisi bersama-sama bersepakat untuk menetapkan struktur proses dan kriteria dalam melaksanakan proses percakapan terhadap masalah yang dihadapi. Pendekatan ini didasarkan pada psikologi kognitif. Psikologi kognitif beranggapan bahwa belajar adalah perpaduan antara kegiatan individu dengan lingkungan yang pada gilirannya akan berpengaruh dalam pembentukan aktivitas individu.
Dengan demikian, pendekatan dalam supervisi berhubungan pada dua arah yakni dari atas ke bawah dan dari bawah ke atas. Perilaku supervisor dalam pendekatan ini adalah sebagai berikut, yakni: Menyajikan, Menjelaskan, Mendengarkan, Memecahkan masalah, Negosiasi. Pendekatan itu dilakukan dengan melalui tahap-tahap kegiatan pemberian supervisi sebagai berikut, yakni : Percakapan awal (pre-conference), Observasi, Analisis/interpretasi, Percakapan akhir (past - conference), Analisis akhir, Diskusi.
3. Teknik Supervisi
Teknik adalah suatu metode atau cara melakukan hal-hal tertentu. Suatu teknik yang baik adalah terampil dan cepat, menurut ( Hariwung : 1989), seorang supervisor harus memilih teknik-teknik khusus yang serasi. Teknik sebagai suatu metode atau cara melakukan hal-hal tertentu. Suatu teknik yang baik adalah terampil dan cepat, teknik dipakai menyelesaikan tugas yang dikerjakan sesuai rencana, spesifikasi atau tujuan yang dikaitkan dengan teknik yang bersangkutan. Suatu teknik mungkin sederhana, misalnya menggunakan "mesin mimeograf" untuk menggandakan pengumuman atau laporan yang dikirimkan kepada dosen-dosen, atau teknik dapat lebih rumit, misalnya membantu mengevaluasi pekerjaan mereka. Jadi teknik supervisi adalah cara-cara khusus yang digunakan untuk menyelesaikan tugas supervisi dalam mencapai tujuan tertentu. Teknik supervisi adalah alat yang digunakan oleh supervisor untuk mencapai tujuan supervisi itu sendiri yang pada akhirnya dapat melakukan perbaikan pengajaran yang sesuai dengan situasi dan kondisi.
Teknik supervisi dapat dibagi menjadi dua macam, Teknik Indivdual dan Teknik Kelompok.
a). Teknik individual adalah teknik yang dilaksanakan oleh seorang dosen oleh dirinya sendiri. Teknik individual terdiri atas, Kunjungan kelas, Observasi kelas, Percakapan pribadi, Inter visitasi, Penyeleksi berbagai sumber materi untuk belajar, dan Menilai diri sendiri.
1). Teknik Kunjungan Kelas ini dengan observasi kelas sama-sama dilakukan di ruang kelas, tetapi tidak sama. Perbedaannya dapat kita lihat pada tujuan dari teknik ini dimana tujuannya adalah untuk (1) membantu dosen yang belum berpengalaman, (2) membantu dosen yang sudah mengetahui tentang kekeliruan yang dilakukannya, (3) membantu guru yang baru pindah, (4) membantu melaksanakan proyek pendidikan, (5) mengamati perilaku guru pengganti, (6) mendengarkan nara sumber mengajar, (7) mengamati tim pengajar, (8) mengamati cara mengajar bidang-bidang studi istimewa, serta (9) membantu menilai pemakaian media pendidikan baik yang baru atau pun yang canggih.
2). Teknik Observasi Kelas dilakukan pada saat guru mengajar. Supervisor mengobservasi kelas dengan tujuan untuk memperoleh data tentang segala sesuatu yang terjadi ketika proses belajar mengajar sedang berlangsung. Data ini sebagai dasar bagi supervisor untuk melakukan pembinaan terhadap guru yang sedang diobservasi. Tentang waktu supervisor mengobservasi kelas ada yang diberitahu dan ada juga yang tidak diberi tahu sebelumnya, tetapi setelah melalui ijin supaya tidak mengganggu proses belajar mengajar.
3). Percakapan Pribadi Adalah dialog yang dilakukan oleh dosen dan supervisornya, yang membahas tentang keluhan-keluhan atau kekurangan yang dikemukakan oleh dosen dalam bidang mengajar, di mana di sini supervisor dapat memberikan jalan keluarnya.
4). Intervisitasi (mengunjungi kampus lain/ studi banding ) Teknik ini dilakukan oleh sekolah-sekolah yang masih kurang maju dengan mengutus beberapa orang staf pengajar untuk mengunjungi sekolah sekolah yang ternama dan maju dalam pengelolaannya untuk mengetahui kiat-kiat yang telah diambil sampai sekolah tersebut dapat dikatakan maju.
5). Penyeleksi berbagai sumber materi untuk belajar ( BacaanTerarah ) Cara untuk mengikuti perkembangan pengajaran, ialah dengan berusaha mengikuti perkembangan itu melalui kepustakaan profesional, dengan mengadakan "profesional reading ". Ini digunakan untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan situasi belajar mengajar yang lebih baik.
6). Menilai diri sendiri, Dosen yang disupervisi dan supervisor melihat kekurangan masing-masing yang mana ini dapat memberikan nilai tambah pada hubungan dosen dan supervisor tersebut, yang akhirnya akan memberikan nilai positif bagi kegiatan belajar mengajar yang baik. Menilai diri sendiri merupakan tugas yang tidak mudah, karena suatu pengukuran terbalik, karena selama ini dosen hanya menilai mahasiswanya. Ada beberapa cara atau alat yang dapat digunakan untuk menilai diri sendiri, antara lain membuat daftar pandangan atau pendapat yang disampaikan kepada mahasiswa untuk menilai pekerjaan atau suatu aktivitas dosen di muka kelas. Yaitu dengan menyusun daftar pertanyaan yang tertutup maupun terbuka, tanpa perlu menyebutkan nama mahasiswa.
b). Teknik kelompok terdiri atas, Pertemuan orientasi bagi guru baru, Panitia Penyelenggara, Rapat Guru, Tukar menukar pengalaman, Lokakarya, Diskusi panel, Seminar, Simposium, Demontrasi mengajar. Perpustakaan jabatan, Buletin supervisi, Membaca langsung, Organisasi profesi,m) perjalanan sekolah
1). Pertemuan Orientasi Bagi Guru Baru (Orientation Meeting for New Teacher) Pertemuan itu ialah salah satu daripada pertemuan yang bertujuan khusus mengantar dosen untuk memasuki suasana kerja yang baru. Pertemuan orientasi ini bukan hanya bagi dosen baru tapi juga bagi seluruh staf dosen. Hal-hal yang disajikan dalam pertemuan orientasi ini meliputi : 1) Sistem kerja dari sekolah itu. Biasanya dilaksanakan melalui percakapan bersama, yang dapat juga diselingi dengan pengenalan physik dan saling diskusi bersama yang disebut juga a round table discussion. 2) Proses dan mekanisrne administrasi dan organisasi sekolah. 3) Biasanya diiringi dengan tanya jawab dan penyajian seluruh kegiatan dan situasi sekolah. 4) Sering juga pertemuan orientasi ini diikuti dengan tindak lanjut dalam bentuk diskusi kelompok, loka karya selama beberapa hari, sepanjang tahun. 5) Ada juga melalui perkunjungan ke tempat-tempat tertentu, misalnya pusat-pusat industri, atau obyek-obyek sumber belajar. 6) Salah satu ciri yang sangat berkesan bagi pembinaan segi sosial dalam orientasi ini ialah makan bersama. 7) Juga tempat pertemuan turut juga mempengaruhi orientasi itu. 8) Aspek lain yang membantu terciptanya suasana kerja, ialah bahwa dosen baru itu tidak merasa asing tetapi ia merasa diterima dalam kelompok baru tersebut. Pertemuan orientasi ini juga dapat digunakan untuk merencanakan program kerja sekolah yang berhubungan dengan pembinaan tenaga pengajar dalam proses belajar mengajar.
2). Panitia Penyelenggara Suatu kegiatan bersama biasanya perlu diorganisasi. Untuk mengorganisasi sesuatu tugas bersama, ditunjuk beberapa orang penanggung jawab pelaksana. Para pelaksana yang dibentuk untuk melaksanakan sesuatu tugas yang lazim disebut panitia penyelenggara. Panitia ini yang bertugas melaksanakan tugas-tugas yang diberikan sekolah kepadanya, dengan demikian mereka nantinya akan banyak memperoleh pengalaman-pengalaman kerja. Pengalaman dalam usaha mencapai tujuan, pengalaman dalam mengerti cara bekerja sama dengan orang lain, pengalaman yang berhubungan dengan tugas yang dibebankan kepadanya. Berdasarkan pengalaman-pengalaman tersebut dosen dapat bertambah dan bertumbuh dalam profesi mengajarnya.
3). Rapat Dosen (teacher metting) Rapat dosen berbeda dengan pertemuan formal karena pada rapat ini semua dosen yang ada pada universitas tersebut wajib hadir. Dalam rapat ini biasanya dibicarakan mengenai masalah pengajaran, dan PR I bidang akademis atau rektor yang mengundang. Tujuan utamanya adalah untuk memperbaiki kualitas personal dan merencanakan program universitas dan juga memberikan kesempatan untuk berpikir kooperatif, merencanakan staf, mendorong dosen untuk berbicara dan dapat mengenal kampus secara keseluruhan.
4). Tukar menukar pengalaman (sharring experience) Teknik ini dilaksanakan secara informal dimana setiap dosen menyampaikan pengalaman masing-masing dalam mengajar terhadap topik-topik yang sudah diarahkan. Karena forum ini sifatnya umum maka akan memberikan suatu pengalaman yang berharga bagi dosen muda (yunior) untuk memperkuat jati diri sebagai staf pengajar. Kesimpulan yang diperoleh akan dijadikan pegangan bagi semua dosen dalam mensiasati pekerjaan mereka di kelas.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kegiatan supervisi adalah melakukan pembinaan kepada lembaga pada umumnya dan kepada dosen pada khususnya agar kualitas pembelajarannya meningkat. Sebagai dampak meningkatnya kualitas pembelajaran, tentu dapat meningkat pula prestasi belajar mahasiswa, dan itu berarti akan meningkat pula kualitas lulusan dari lembaga tersebut. Jika perhatian supervisi sudah tertuju pada keberhasilan mahasiswa dalam memperoleh ilmu pengetahuan dan ketrampilan maka berarti kegiatan supervisi sudah sesuai dengan tujuannya.
B. Saran
Kegiatan supervisi sebaiknya tidak hanya untuk dosen saja akan tetapi juga berlaku untuk seluruh civitas akademika termasuk tenaga kependidikan. Keterlibatan seluruh komponen yakni dosen, rektorat, tenaga kependidikan, komite sekolah, yayasan, mahasiswa , masyarakat, dan pemerintah sangat diperlukan bagi kemajuan suatu perguruan tinggi. Tujuan akhir dari kegiatan supervisi adalah menghasilkan mahasiswa dan dosen yang bermutu.
TENTANG
MODEL, PENDEKATAN, dan TEKHNIK SUPERVISI PEMBELAJARAN
NAMA KELOMPOK AP 3 :
NURUL ATIKA
SELSY MARSELIA
RISKY PRATAMA
MUSTIADI
L WAHYU SATRIA NOPANDI
ADMINISTRASI PENDIDIKAN
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
INSTITUT KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN IKIP MATARAM
TAHUN AJARAN 2019 / 2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur senantiasa kami pajatkan kehadirat tuhan yang maha esa atas semua limpahan rahmat-nya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul Supervisi Pembelajaran ini meskipun dengan sangat sederhana. Harapan kami semoga makalah yang telah tersusun ini dapat bermanfaat sebagai salah satu rujukan maupun pedoman bagi para pembaca, menambah wawasan serta pengalaman, sehingga nantinya kami dapat memperbaiki bentuk ataupun isi makalah ini menjadi lebih baik lagi.
Sebagai penulis, kami mengakui bahwasanya masih banyak kekurangan yang terkandung di dalamnya. oleh sebab itu, dengan penuh kerendahan hati kami berharap kepada para pembaca untuk memberikan kritik dan saran demi lebih memperbaiki makalah ini. terima kasih.
Mataram, 03 Oktober 2019
Penyusun
DAFTAR ISI
COVER i
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iii
BAB I PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
BAB II PEMBAHASAN 2
Supervisi Pembelajaran 2
Model Pendekatan dan Teknik Supervisi 3
1). Model Supervise 3
2). Pendekatan Supervise 5
3). Teknik Supervisi 7
BAB III PENUTUP 14
Kesimpulan 14
DAFTAR PUSTAKA 15
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Seorang Dosen merupakan suatu profesi, yang berarti jabatan tersebut memerlukan keahlian khusus dan tidak dapat dilakukan oleh sembarang orang di luar bidang pendidikan. Seorang dosen perlu mengetahui dan menerapkan beberapa prinsip mengajar agar dapat melaksanakan tugasnya secara professional, yakni dapat membangkitkan perhatian mahasiswa terhadap materi perkuliahan yang diberikan, dapat membangkitkan minat mahasiswa untuk aktif menemukan sendiri pengetahuan, mampu menyusun urutan materi perkuliahan agar mahasiswa dapat mempunyai pemahaman yang utuh mengenai materi perkuliahan, mampu memberikan contoh aplikasi dari materi perkuliahan yang diberikan guna memperkuat pemahaman mahasiswa, mampu melakukan repetisi atau pengulangan agar materi yang diberikan menjadi semakin jelas, mampu membangun karakter mahasiswa untuk membina hubungan profes baik di dalam kelas maupun di luar kelas, dan mampu memotivasi mahasiswa untuk maju dan berprestasi.
B. Rumusan Masalah
1. Apa saja Model Supervisi Pembelajaran ?
2. Apa saja Pendekatan Supervisi Pembelajaran ?
3. Apa saja Teknik Supervisi Pembelajaran ?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui Model Supervisi Pembelajaran.
2. Untuk mengetahui Pendekatan Supervisi Pembelajaran.
3. Untuk mengetahui Teknik Supervisi Pembelajaran.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Supervisi Pembelajaran
Menurut Kimball Wiles (dalam Sahertian, 2008 : 18), supervisi adalah bantuan yang diberikan untuk memperbaiki situasi belajar–mengajar agar dapat menjadi lebih baik. Seorang supervisor yang baik sebaiknya memiliki lima ketrampilan, yaitu: Ketrampilan dalam hubungan kemanusiaan, Ketrampilan dalam proses kelompok, Ketrampilan dalam kepemimpinan pendidikan, Ketrampilan dalam mengatur tenaga kependidikan, dan Ketrampilan dalam evaluasi. Istilah supervisi pendidikan sudah cukup lama dikenal dalam dunia pendidikan di Indonesia. Pengertian supervisi pendidikan pada umumnya mengacu kepada usaha perbaikan situasi belajar mengajar. Akan tetapi nampaknya masih terdapat banyak keragaman pendapat para ahli dalam menafsirkan istilah tersebut. Sedangkan Supervisi pembelajaran dimaknai sebagai bimbingan professional bagi guru-guru dalam bidang pembelajaran agar dapa melaksanakan tugas-tugasnya dengan baik sebagai tenaga pendidik dan pengajar. Kegiatan pembelajaran disini maksudnya adalah segala hal yang berkaitan dengan berhasilnya proses pembelajaran seperti kemampuan membuat silabus, RPP, evaluasi belajar, pemilihan metode dan teknik mengajar dan mendidik, menentukan alat dan bahan belajar serta kemampuan menggunakan media dan teknologi
Kegiatan pokok supervisi adalah melakukan pembinaan kepada lembaga pada umumnya dan kepada dosen pada khususnya agar kualitas pembelajarannya meningkat. Sebagai dampak meningkatnya kualitas pembelajaran, tentu dapat meningkat pula prestasi belajar mahasiswa, dan itu berarti akan meningkat pula kualitas lulusan dari lembaga tersebut. Jika perhatian supervisi sudah tertuju pada keberhasilan mahasiswa dalam memperoleh ilmu pengetahuan dan ketrampilan maka berarti kegiatan supervisi sudah sesuai dengan tujuannya.
Suharsimi Arikunto dalam bukunya yang berjudul Dasar - Dasar Supervisi ( 2006 : 5 ), ditinjau dari kegiatan supervisi, maka supervisi dapat dibedakan menjadi dua, yakni :
1). Supervisi akademik adalah supervisi yang obyeknya menitik beratkan pengamatan pada masalah akademik, yaitu yang langsung berada dalam lingkup kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh dosen untuk membantu mahasiswa ketika “ sedang dalam proses belajar atau mempelajari sesuatu “. Disebut supervisi akademik karena obyek utamanya adalah aspek- aspek akademik. Supervisi akademik dapat dilakukan oleh intern lembaga sendiri yaitu oleh teman sejawat, ketua program studi atau Pembantu Rektor I bidang akademis.
2). Supervisi administrasi adalah supervisi yang obyeknya menitik beratkan pengamatan pada aspek-aspek administrasi yang berfungsi sebagai pendukung dan memperlancar terlaksananya proses pembelajaran, dapat berupa kurikulum sekolah, penentuan dosen pengampu mata kuliah, penyusunan jadwal kuliah, laporan nilai mahasiswa, presensi kehadiran dosen dan mahasiswa, rasio dosen dan mahasiswa, tingkat pendidikan dosen dan tenaga kependidikan, prestasi yang diperoleh mahasiswa dsb. Supervisi administrasi dapat dilakukan oleh internal lembaga.
B. Model, Pendekatan dan Teknik Supervisi
1. Model Supervisi
Khusus dalam bahasan ini adalah model yang berkaitan dengan supervisi, lebih tepat menggunakan istilah acuan yang dipakai dalam melaksanakan supervisi. Sahertian (2000) membagi model supervisi menjadi empat bentuk, yakni :
a). Model konvensional (tradisional)
Model ini tidak lain dari refleksi dari kondisi masyarakat pada suatu saat. Pada saat kekuasaan yang otoriter dan feodal, akan berpengaruh pada sikap pemimpin yang otokrat dan korektif. Pemimpin cenderung untuk mencari-cari kesalahan. Perilaku supervisi ialah mengadakan inspeksi untuk mencari kesalahan dan menemukan kesalahan. Kadang-kadang bersifat memata-matai. Perilaku seperti ini disebut snooper vision (memata-matai). Sering disebut supervisi yang korektif. Memang sangat mudah untuk mengoreksi kesalahan orang lain, tetapi lebih sulit lagi "untuk melihat segi-segi positif dalam hubungan dengan hal-hal yang baik “. Pekerjaan seorang supervisor yang bermaksud hanya untuk mencari kesalahan adalah suatu permulaan yang tidak berhasil. Mencari-cari kesalahan dalam membimbing sangat bertentangan dengan prinsip dan tujuan supervisi pendidikan. Akibatnya yang disupervisi merasa tidak puas dan ada dua sikap yang tampak dalam kinerja yang disupervisi : (1) Acuh tak acuh (masa bodoh), dan (2) Menantang (agresif). Praktek-praktek supervisi seperti ini adalah cara memberi supervisi yang konvensional. Ini bukan berarti bahwa tidak boleh menunjukkan kesalahan. Masalahnya ialah bagaimana cara kita mengkomunikasikan apa yang dimaksudkan sehingga yang disupervisi menyadari bahwa dia harus memperbaiki kesalahan. Yang disupervisi akan dengan senang hati melihat dan menerima bahwa ada yang harus diperbaiki. Caranya harus secara taktis pedagogis atau dengan perkataan lain, memakai bahasa penerimaan bukan bahasa penolakan.
b). Model Supervisi Ilmiah
Supervisi yang bersifat ilmiah memiliki ciri-ciri sebagai berikut: (1) Dilaksanakan secara berencana dan kontinue, (2) Sistematis dan menggunakan prosedur serta teknik tertentu, (3) Menggunakan instrumen pengumpulan data, (4) Ada data yang objektif yang diperoleh dari keadaan yang real. Dengan menggunakan merit rating, skala penilaian atau checklist lalu mahasiswa menilai proses kegiatan belajar-mengajar dosen di kelas. Hasil penilaian diberikan kepada dosen sebagai balikan terhadap penampilan mengajar dosen pada semester yang lalu. Data ini berbicara kepada dosen dan dosen kemudian mengadakan perbaikan. Penggunaan alat perekam data ini berhubungan erat dengan penilaian. Walaupun demikian, hasil perekam data secara ilmiah belum merupakan jaminan untuk melaksanakan supervisi yang lebih manusiawi.
c). Model Supervisi Klinis
Supervisi klinis adalah bentuk supervisi yang difokuskan pada peningkatan mengajar dengan melalui siklus yang sistematik, dalam perencanaan, pengamatan serta analisis yang intensif dan cermat tentang penampilan mengajar yang nyata, serta bertujuan mengadakan perubahan dengan cara yang rasional. Supervisi klinis adalah proses membantu dosen memperkecil kesenjangan antara tingkah laku rnengajar yang nyata dengan tingkah laku mengajar yang ideal.
d). Model Supervisi Artistik
Mengajar adalah suatu pengetahuan (knowledge), mengajar itu suatu keterampilan (skill), tapi mengajar juga suatu kiat (art). Sejalan dengan tugas mengajar , supervisi juga merupakan kegiatan mendidik sehingga dapat dikatakan bahwa supervisi adalah suatu pengetahuan, suatu keterampilan dan juga suatu kiat. Supervisi itu menyangkut bekerja untuk orang lain (working for the others), bekerja dengan orang lain (working with the others), bekerja melalui orang lain (working through the others). Dalam hubungan bekerja dengan orang lain maka suatu rantai hubungan kemanusiaan adalah unsur utama. Hubungan antar manusia dapat tercipta apabila ada kerelaan untuk menerima orang lain sebagaimana adanya. Hubungan itu dapat tercipta bila ada unsur kepercayaan. Saling percaya, saling mengerti, saling menghormati, saling mengakui, saling menerima seseorang sebagaimana adanya.
2. Pendekatan Supervisi
Pendekatan Supervisi Pendidikan Pendekatan berasal dari kata approach adalah cara mendekatkan diri kepada objek atau langkah-langkah menuju objek. Sahertian (2000) mengemukakan beberapa pendekatan, perilaku supervisor berikut :
a). Pendekatan langsung (direktif) Pendekatan direktif adalah cara pendekatan terhadap masalah yang bersifat langsung. Supervisor memberikan arahan langsung, sudah tentu pengaruh perilaku supervisor lebih dominan. Pendekatan direktif ini berdasarkan pada pemahaman terhadap psikologis behaviouristis. Prinsip behaviourisme ialah bahwa segala perbuatan yang berasal dari refleks, yaitu respons terhadap rangsangan/ stimulus. Oleh karena dosen memiliki kekurangan, maka perlu diberikan rangsangan agar ia bisa bereaksi lebih baik. Supervisor dapat menggunakan penguatan (reinforcement)atau hukuman (punishment). Pendekatan seperti ini dapat dilakukan dengan perilaku supervisor seperti berikut ini: Menjelaskan, Menyajikan, Mengarahkan, Memberi contoh, Menerapkan tolok ukur, dan Menguatkan.
b). Pendekatan tidak langsung (Non-Direktif) adalah cara pendekatan terhadap permasalahan yang sifatnya tidak langsung. Perilaku supervisor tidak secara langsung menunjukkan permasalahan, tapi ia terlebih dulu mendengarkan secara aktif apa yang dikemukakan oleh dosen. Ia memberi kesempatan sebanyak mungkin kepada yang disupervisi untuk mengemukakan permasalahan yang mereka alami. Pendekatan non-direktif ini berdasarkan pada pemahaman psikologis humanistik. Psikologi humanistik sangat menghargai orang yang akan dibantu. Oleh karena pribadi dosen yang dibina begitu dihormati, maka ia lebih banyak mendengarkan permasalahan yang dihadapi oleh dosen. Yang disupervisi mengemukakan masalahnya. Supervisor mencoba mendengarkan, dan memahami apa yang dialami. Perilaku Ketiga supervisor dalam pendekatan non-direktif adalah sebagai berikut :Mendengarkan, Memberi penguatan, Menjelaskan, Menyajikan, dan Memecahkan masalah.
c). Pendekatan kolaboratif adalah cara pendekatan yang memadukan cara pendekatan direktif dan non-direktif menjadi suatu cara pendekatan baru. Pada pendekatan ini, baik supervisor maupun yang disupervisi bersama-sama bersepakat untuk menetapkan struktur proses dan kriteria dalam melaksanakan proses percakapan terhadap masalah yang dihadapi. Pendekatan ini didasarkan pada psikologi kognitif. Psikologi kognitif beranggapan bahwa belajar adalah perpaduan antara kegiatan individu dengan lingkungan yang pada gilirannya akan berpengaruh dalam pembentukan aktivitas individu.
Dengan demikian, pendekatan dalam supervisi berhubungan pada dua arah yakni dari atas ke bawah dan dari bawah ke atas. Perilaku supervisor dalam pendekatan ini adalah sebagai berikut, yakni: Menyajikan, Menjelaskan, Mendengarkan, Memecahkan masalah, Negosiasi. Pendekatan itu dilakukan dengan melalui tahap-tahap kegiatan pemberian supervisi sebagai berikut, yakni : Percakapan awal (pre-conference), Observasi, Analisis/interpretasi, Percakapan akhir (past - conference), Analisis akhir, Diskusi.
3. Teknik Supervisi
Teknik adalah suatu metode atau cara melakukan hal-hal tertentu. Suatu teknik yang baik adalah terampil dan cepat, menurut ( Hariwung : 1989), seorang supervisor harus memilih teknik-teknik khusus yang serasi. Teknik sebagai suatu metode atau cara melakukan hal-hal tertentu. Suatu teknik yang baik adalah terampil dan cepat, teknik dipakai menyelesaikan tugas yang dikerjakan sesuai rencana, spesifikasi atau tujuan yang dikaitkan dengan teknik yang bersangkutan. Suatu teknik mungkin sederhana, misalnya menggunakan "mesin mimeograf" untuk menggandakan pengumuman atau laporan yang dikirimkan kepada dosen-dosen, atau teknik dapat lebih rumit, misalnya membantu mengevaluasi pekerjaan mereka. Jadi teknik supervisi adalah cara-cara khusus yang digunakan untuk menyelesaikan tugas supervisi dalam mencapai tujuan tertentu. Teknik supervisi adalah alat yang digunakan oleh supervisor untuk mencapai tujuan supervisi itu sendiri yang pada akhirnya dapat melakukan perbaikan pengajaran yang sesuai dengan situasi dan kondisi.
Teknik supervisi dapat dibagi menjadi dua macam, Teknik Indivdual dan Teknik Kelompok.
a). Teknik individual adalah teknik yang dilaksanakan oleh seorang dosen oleh dirinya sendiri. Teknik individual terdiri atas, Kunjungan kelas, Observasi kelas, Percakapan pribadi, Inter visitasi, Penyeleksi berbagai sumber materi untuk belajar, dan Menilai diri sendiri.
1). Teknik Kunjungan Kelas ini dengan observasi kelas sama-sama dilakukan di ruang kelas, tetapi tidak sama. Perbedaannya dapat kita lihat pada tujuan dari teknik ini dimana tujuannya adalah untuk (1) membantu dosen yang belum berpengalaman, (2) membantu dosen yang sudah mengetahui tentang kekeliruan yang dilakukannya, (3) membantu guru yang baru pindah, (4) membantu melaksanakan proyek pendidikan, (5) mengamati perilaku guru pengganti, (6) mendengarkan nara sumber mengajar, (7) mengamati tim pengajar, (8) mengamati cara mengajar bidang-bidang studi istimewa, serta (9) membantu menilai pemakaian media pendidikan baik yang baru atau pun yang canggih.
2). Teknik Observasi Kelas dilakukan pada saat guru mengajar. Supervisor mengobservasi kelas dengan tujuan untuk memperoleh data tentang segala sesuatu yang terjadi ketika proses belajar mengajar sedang berlangsung. Data ini sebagai dasar bagi supervisor untuk melakukan pembinaan terhadap guru yang sedang diobservasi. Tentang waktu supervisor mengobservasi kelas ada yang diberitahu dan ada juga yang tidak diberi tahu sebelumnya, tetapi setelah melalui ijin supaya tidak mengganggu proses belajar mengajar.
3). Percakapan Pribadi Adalah dialog yang dilakukan oleh dosen dan supervisornya, yang membahas tentang keluhan-keluhan atau kekurangan yang dikemukakan oleh dosen dalam bidang mengajar, di mana di sini supervisor dapat memberikan jalan keluarnya.
4). Intervisitasi (mengunjungi kampus lain/ studi banding ) Teknik ini dilakukan oleh sekolah-sekolah yang masih kurang maju dengan mengutus beberapa orang staf pengajar untuk mengunjungi sekolah sekolah yang ternama dan maju dalam pengelolaannya untuk mengetahui kiat-kiat yang telah diambil sampai sekolah tersebut dapat dikatakan maju.
5). Penyeleksi berbagai sumber materi untuk belajar ( BacaanTerarah ) Cara untuk mengikuti perkembangan pengajaran, ialah dengan berusaha mengikuti perkembangan itu melalui kepustakaan profesional, dengan mengadakan "profesional reading ". Ini digunakan untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan situasi belajar mengajar yang lebih baik.
6). Menilai diri sendiri, Dosen yang disupervisi dan supervisor melihat kekurangan masing-masing yang mana ini dapat memberikan nilai tambah pada hubungan dosen dan supervisor tersebut, yang akhirnya akan memberikan nilai positif bagi kegiatan belajar mengajar yang baik. Menilai diri sendiri merupakan tugas yang tidak mudah, karena suatu pengukuran terbalik, karena selama ini dosen hanya menilai mahasiswanya. Ada beberapa cara atau alat yang dapat digunakan untuk menilai diri sendiri, antara lain membuat daftar pandangan atau pendapat yang disampaikan kepada mahasiswa untuk menilai pekerjaan atau suatu aktivitas dosen di muka kelas. Yaitu dengan menyusun daftar pertanyaan yang tertutup maupun terbuka, tanpa perlu menyebutkan nama mahasiswa.
b). Teknik kelompok terdiri atas, Pertemuan orientasi bagi guru baru, Panitia Penyelenggara, Rapat Guru, Tukar menukar pengalaman, Lokakarya, Diskusi panel, Seminar, Simposium, Demontrasi mengajar. Perpustakaan jabatan, Buletin supervisi, Membaca langsung, Organisasi profesi,m) perjalanan sekolah
1). Pertemuan Orientasi Bagi Guru Baru (Orientation Meeting for New Teacher) Pertemuan itu ialah salah satu daripada pertemuan yang bertujuan khusus mengantar dosen untuk memasuki suasana kerja yang baru. Pertemuan orientasi ini bukan hanya bagi dosen baru tapi juga bagi seluruh staf dosen. Hal-hal yang disajikan dalam pertemuan orientasi ini meliputi : 1) Sistem kerja dari sekolah itu. Biasanya dilaksanakan melalui percakapan bersama, yang dapat juga diselingi dengan pengenalan physik dan saling diskusi bersama yang disebut juga a round table discussion. 2) Proses dan mekanisrne administrasi dan organisasi sekolah. 3) Biasanya diiringi dengan tanya jawab dan penyajian seluruh kegiatan dan situasi sekolah. 4) Sering juga pertemuan orientasi ini diikuti dengan tindak lanjut dalam bentuk diskusi kelompok, loka karya selama beberapa hari, sepanjang tahun. 5) Ada juga melalui perkunjungan ke tempat-tempat tertentu, misalnya pusat-pusat industri, atau obyek-obyek sumber belajar. 6) Salah satu ciri yang sangat berkesan bagi pembinaan segi sosial dalam orientasi ini ialah makan bersama. 7) Juga tempat pertemuan turut juga mempengaruhi orientasi itu. 8) Aspek lain yang membantu terciptanya suasana kerja, ialah bahwa dosen baru itu tidak merasa asing tetapi ia merasa diterima dalam kelompok baru tersebut. Pertemuan orientasi ini juga dapat digunakan untuk merencanakan program kerja sekolah yang berhubungan dengan pembinaan tenaga pengajar dalam proses belajar mengajar.
2). Panitia Penyelenggara Suatu kegiatan bersama biasanya perlu diorganisasi. Untuk mengorganisasi sesuatu tugas bersama, ditunjuk beberapa orang penanggung jawab pelaksana. Para pelaksana yang dibentuk untuk melaksanakan sesuatu tugas yang lazim disebut panitia penyelenggara. Panitia ini yang bertugas melaksanakan tugas-tugas yang diberikan sekolah kepadanya, dengan demikian mereka nantinya akan banyak memperoleh pengalaman-pengalaman kerja. Pengalaman dalam usaha mencapai tujuan, pengalaman dalam mengerti cara bekerja sama dengan orang lain, pengalaman yang berhubungan dengan tugas yang dibebankan kepadanya. Berdasarkan pengalaman-pengalaman tersebut dosen dapat bertambah dan bertumbuh dalam profesi mengajarnya.
3). Rapat Dosen (teacher metting) Rapat dosen berbeda dengan pertemuan formal karena pada rapat ini semua dosen yang ada pada universitas tersebut wajib hadir. Dalam rapat ini biasanya dibicarakan mengenai masalah pengajaran, dan PR I bidang akademis atau rektor yang mengundang. Tujuan utamanya adalah untuk memperbaiki kualitas personal dan merencanakan program universitas dan juga memberikan kesempatan untuk berpikir kooperatif, merencanakan staf, mendorong dosen untuk berbicara dan dapat mengenal kampus secara keseluruhan.
4). Tukar menukar pengalaman (sharring experience) Teknik ini dilaksanakan secara informal dimana setiap dosen menyampaikan pengalaman masing-masing dalam mengajar terhadap topik-topik yang sudah diarahkan. Karena forum ini sifatnya umum maka akan memberikan suatu pengalaman yang berharga bagi dosen muda (yunior) untuk memperkuat jati diri sebagai staf pengajar. Kesimpulan yang diperoleh akan dijadikan pegangan bagi semua dosen dalam mensiasati pekerjaan mereka di kelas.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kegiatan supervisi adalah melakukan pembinaan kepada lembaga pada umumnya dan kepada dosen pada khususnya agar kualitas pembelajarannya meningkat. Sebagai dampak meningkatnya kualitas pembelajaran, tentu dapat meningkat pula prestasi belajar mahasiswa, dan itu berarti akan meningkat pula kualitas lulusan dari lembaga tersebut. Jika perhatian supervisi sudah tertuju pada keberhasilan mahasiswa dalam memperoleh ilmu pengetahuan dan ketrampilan maka berarti kegiatan supervisi sudah sesuai dengan tujuannya.
B. Saran
Kegiatan supervisi sebaiknya tidak hanya untuk dosen saja akan tetapi juga berlaku untuk seluruh civitas akademika termasuk tenaga kependidikan. Keterlibatan seluruh komponen yakni dosen, rektorat, tenaga kependidikan, komite sekolah, yayasan, mahasiswa , masyarakat, dan pemerintah sangat diperlukan bagi kemajuan suatu perguruan tinggi. Tujuan akhir dari kegiatan supervisi adalah menghasilkan mahasiswa dan dosen yang bermutu.
Komentar
Posting Komentar