Peran menejer dalam lembaga pendidikan dan operasionalisasi fungsii-fungsi manajemen dalam lembaga pendidikan

ANALISIS
TENTANG
PERAN MENEJER DALAM LEMBAGA PENDIDIKAN DAN OPERASIONALISASI FUNGSI-FUNGSI MANAJEMEN DALAM LEMBAGA PENDIDIKAN


NAMA KELOMPOK 1:
NURUL ATIKA
LILIS FERAWATI
MIA RETNADILA
FAHRURROZI
L. WAHYU SATRIA NOPANDI
UNIVERSITAS PENDIDIKAN MANDALIKA MATARAM
 TAHUN AJARAN 2019
DAFTAR ISI
PEMBAHASAN
PERAN MANAJER DALAM LEMBAGA PENDIDIKAN
Tugas Dan Fungsi Manajer
Tingkatan Manajemen
Sejarah Perkembangan Ilmu Manajemen
OPERASIONALISASI FUNGSI-FUNGSI MANAJEMEN DALAM LEMBAGA PENDIDIKAN
Perencanaan Dalam Lembaga Pendidikan
Pengorganisasian Dalam Lembaga Pendidikan
Pengendalian Dalam Lembaga Pendidikan
Evaluasi Dalam Lembaga Pendidikan
Penyusunan Anggaran Biaya Dalam Lembaga Pendidikan
Staffing Dalam Lembaga Pendidikan



























PEMBAHASAN

PERAN MANAJER DALAM LEMBAGA PENDIDIKAN
Tugas manajer dan fungsi
Menurut Yusak Burhanuddin (Hikmat, 2014:53) mengemukakan bahwa tugas manajer dalam suatu lembaga pendidikan ialah:
Membuat perencanaan, perencanaan yang dibuat oleh manajer berkaitan dengan program pengajaran, kesiswaan, pembinaan para guru/dosen, penegmbangan kurikulum, dan pelaksanaan pengembangan aktivitas siswa/mahasiswa yang bersifat intra dan ekstrakurikuler.
Pengembangan dan pemberdayaan kepegawaian
Pengembangan saran dan prasarana lembaga
Sedangkan fungsi manajer menurut Made PIdarta (Hikmat, 2014:47) ialah melaksanakan fungsi-fungsi manajemen, yaitu merencanakan seluruh program kerja lembaga pendidikan secara konseptual. Kunci dasar dari visi misi serta penjabarannya perlu diorganisasikan dengan matang agar seluruh manajer dan bawahannya dapat melakukan hubungan kerja sama yang sinergis dan mampu melaksanakan secara praktis hingga pada hal yang bersifat tekhnis.
Tugas manajer lainnya menurut Irine Diana Sari Wijayanti (Jurnal, 2008:4)
Manajer bekerja melalui orang lain
Manajer memadukan dan menyeimbangkan tujuan-tujuan yang saling bertentangan dan menetapkan prioritas-prioritas
Manajer bertanggungjawab dan mempertanggungjawabkan
Manajer harus berfikir secara analisis dan konseptual
Manajer adalah seorang seorang mediator
Manajer adalah seorang politisi
Manajer adalah seorang diplomat
Manajer mengambil keputusan-keputusan sulit.

Jadi kesimpulan yang dapat kami ambil ialah dari kedua para ahli di atas, tugas manajemen yakni merancang kurikulum, membina para dosesn, pengembangan SDA dan Sarpras di lemabaga tersebut serta memberi arahan atau penilaian dalam pelaksanaan kegiatan dan memberi masukan pada para anggota agar dapat mengajukan berbagai keluhan kpepada pemimpinnya. Seorang manajer menjadi acuan bagi berjalannya suatu organisasi, lembaga ataupun perusahaan. Karena manajer harus mampu mengendalikan semua anggotanya agar suatu perencanaan dapat berjalan sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan.

Tingkatan Manajemen/Manajer
Menurut Kadarman dan Yusuf Udaya (Hikmat, 2014:68) mengemukakan tingkatan manajer dalam pengorganisasian terbagi menjadi tiga jenis yaitu:
Manajer puncak (top managers) yaitu beberapa orang yang memegang jabatan tertinggi dalam suatu organisasi (berada pada puncak tingkatan manajerial). Contoh manajer puncak adlah pimpinan dan wakil pimpinan perusahaan perseorangan, direktur dan wakil direktur rumah sakit, rector, direktur utama PT, dsb.
Manajer menengah (middle managers) yaitu seseorang atau beberapa orang yang berada di bawah manajer puncak, tetapi membawahi manajer lain. Contohnya adalah manajer bagian produksi, kepala seksi desain produk, dan dekan.
Manajer garis pertama (first lini managers) yaitu seseorang atau beberapa orang yang berada ditingkatan bawah dalam hierarki organisasi. Contohnya adalah mandor bangunan, sales supervisor, dsb.




Sedangkan menurut Wa Ode Zusnita Muizu & Ernie Tisnawati Sule, (Vol 9, 2017:155) dilihat dari kegiatan organisasi, manajemen dibagi menjadi 3 tingkatan yaitu,
Manajemen puncak (Top Management) manajer bertanggungjawab atas pengaruh yang ditimbulkan dari keputusan-keputusan manajemen keseluruhan dari organisasi. Misal: Direktu, wakil, Direktur utama.
Manajemen menengah (Middle Management) yaitu memiliki keahlian/manusiawi artinya keahlian untuk berkomunikasi, bekerjasama dan memotivasi orang lain. Misal: manajer wilayah, kepala devisi, direktur produk.
Manajemen bawah atau lini (Low Management) yaitu manajer bertanggungjawab menyelesaikan rencana-rencana yang telah ditetapkan oleh oleh para manajer yang lebih tinggi. Misal: supervisior, mandor

Jadi yang dapat kami simpulkan dari masing-masing pendapat para ahli tentang tingkatan manajemen di atas ialah seorang manajer memiliki tugas masing-masing dalam jabatan pada posisi yang berkaitan dengan masing-masing tingkatan manajer di atas.


Sejarah Perkembangan Ilmu Manajemen
Menurut Handayaningrat  (Hikmat, 2014:71) menyatakan bahwa Manajemen sebagai ilmu penegtahuan baru berkembang sejak akhir abad ke-19. Pada awal perkembangannya, manajemen merupakan seni dan keterampilan yang berkembang dinamis sebagai bagian dari peradaban manusia tidak terlepas dari prkatik manajemen. Perkembangan manajemen sebagai seni dapat dibagi menjadi tiga fase utama, yaitu sbb:
Fase prasejarah
Fase prasejarah adalah fase yang dicirikan oleh belum adanya bukti-bukti ilmiah tentang eksistensi dan peran peradaban manusia pada masa itu. Bukti-bukti sejarah menunjukkan bahwa pada fase ini, manajemen sudah berkembang dengan baik. Secara tidak sadar, masyarakat purba telah menjalankan sebagian prinsip manajemen yang dikenal sekarang, meskipun dalam batas-batas yang sederhana.
Ditinjau dari segi waktu dan tempatnya, fase ini dapat dibagi menjadi beberapa perkemabangan.
Peradaban mesopotamia
  Pada zaman Mesopotamia, manusia telah menjalankan prinsip-prisip manajemen yang diketahui oleh manusia sekarang. Hal itu terjadi terutama di bidang pemerintahaan, perdagngan, komunikasi pengangkutan (sungai) dan “uang” logam sebgai alat tukar perdagangan.
Peradaban babilonia
Pada zaman peradaban babilonia, perkembangan manajemen boleh dikatakan sama dengan dengan peradaban Mesopotamia. Manajemen pemerintahan, perdagangan, perhubungan telah berkembangdengan baik pada zaman itu. Perkembangan manajemen pdi babilonia tidak banyak diketahui oleh para peneliti, mengingat data dan fakta yang ditemukan terlalu minim, sehingga data yang sedikit terus-menerus ditafsirkan secara antropologis dan historis.
Mesir kuno
Dari peninggalan yang cukup banyak, patra peneliti memastikan bahwa manajemen pada masa Mesir Kuno sangat luar biasa. Karena pada masa ini telah berkembang pemerintahan, militer, peroajakan, perhubungan, dan pertanian (termasuk irigasi). Di samping itu, ditemukan bukti bahwa orang Mesir telah mempraktikkan system desentralisasi dan penggunaan staf penasihat pada 2000 tahun sebelum Masehi. Pembuatan pyramid telah “memaksa” kita menerima bahwa dalam pembangunannya pasti ada rencana, organisasi, kepemimpinan, dan system pengawasan formal. Pekerjaan seperti itu menunjukkan adanya pelaksanaan fungsi-fungsi manajemen yang efektif dan efesien. Karena masyarakat pada masa itu telah bekerja bersama-sama dalam membangun pyramid di bawah kepemimpinan Fir’aun.
 Tiongkok Kuno
Pada tahun 1100 sebelum Masehi, bangsa Tiongkok telah menyadari perlunya perencanaan, pengorganisasian, kepemimpinan, dan pengawasan. Serta yang paling menonjol adalah masyarakat dan pemerintahan Tiongkok Kuno telah berhasil menciptakan suatu system manajemen kepegawaian yang sangat baik. Demikian baiknya karya tersebut, sehingga banyak prinsip manajemen kepegawaian modern dipinjam dari prinsip-prinsip manajemen kepegawaian yang yang telah ada pada masa Tiongkok Kuno, yang dikenal dengan istilah  merit system dan sekaligus merupakan perkembangan yang belum pernah terjadi yang melakukan penilaian terhadap para karyawan berdasarkan karya masing-masing.
Romawi Kuno
Perkembangan manajemen pada zaman Romawi Kuno dapat diketahui dengan mempelajari seorang filsuf terkenal Cicero. Dalam bukunya yang berjudul De Official (The Office) dan De Lagibus ( The Law) dijelaskan tentang pemerintahan Romawi yang berhasi memerintah daerah yang sangat luas dengan membagi tugas-tugas pemerintah dalam departemen yang disebut magistrates. Setiap magistrates dipimpin oleh seorang magistrate. Pada zaman tersebut telah dikembangkan manajemen kemiliteran, pajak, dan perhubungan, lebih dari zaman-zaman sebelumnya.

 Yunani Kuno
Pada masa Yunani Kuno, pemilihan pemimpin dilakukan secara langsung, karena jumlah penduduknya masih sangat sedikit. Manajemen berkembang dalam politik. Salah satunya adalahmanajemen pemilihan umum secara langsung ketika penduduk Yunani Kuno masih sedikit. Kemudian, ketika penduduknya semakin banyak, diterapkan system pemilihan umum perwakilan.
Bukti- bukti sejarah menunjukkan bahwa pada fase ini manajemen sudah berkembang dengan baik. Secara tidak sadar masyarakat purba telah menjalankan sebagian prinsip manajemen yang dikenal sekarang,meskipun masih dalam batas yang sangat sederhana.

Fase Sejarah (1 M – 1886)
Perkembangan manajemen pada fase ini dimulai setelah diketahui bahwa gereja Khatolik Roma memengaruhi perkembangan teori manajemen. Dengan kata lain, gereja Khatolik Roma telah memberikan sumbangan yang besar terhadap perkembangan manajemen. Berkenaan dengan hal itu, di Eropa muncul tiga tipe kelompok sarjana yang terdapat pada tiga Negara yang berbeda pada waktu yang kira-kira bersamaan. Dengan tidak diketahui pada pada tahap permulaannya, mereka mempunyai pandangan yang garis besarnya sama. Ketiga kelompok ahli tersebut adalah : (1) kaum  Kameralisten yang terdapat di Jerman dan Australia, (2) kaum Merkantilisme yang terdapat di Inggris, dan (3)  kaum Fsiokraten yang terdapat di Prancis. (Ibid:29)
 Struktur organisasi pada saat itu telah di desain dalam satu scalar and chain of command ( rantai perintah, artinya perintah dipusatkan sepenuhnya pada kepemimpinan paus. Dengan demikian, pola dasar struktur organisasi yang telah diciptakan oleh gereja Katolik Roma telah diadopsi oleh hamper semua organisasi modern saat ini, meskipun sudah tentu mengalami rekayasa sesuai dengan situasi dan kondisi saat ini. (Saefullah, manajemen pendidikan islam : 59)
Fase Modern (1886-sekarang)
Ditinjau dari segi pemahaman perkembangan ilmu manajemen, sejak lahirnya hingga sekarang, ilmu manajemen telah melewati empat tahap, yaitu:
Tahap survival (1886-1930)
Tahap ini dimulai sejak lahirnya manajemen ilmiah yang dikemukakan oleh Taylor dan Fayol. Pada tahap ini ditegaskan bahwa ilmu manajemen lahir dalam waktu yang relative cukup panjang. Pada tahap ini pula banyak lahir ahli manjaemen, sehingga administrasi dan manajemen dinyatakan sebagai ilmu.
Tahap konsolidasi dan penyempurnaan (1939-1945)
Tahap ini disebut tahap konsolidasi dan penyempurnaan karena dalam jangka waktu inilah, prinsip-prinsip, rumus-rumus, dan dalil-dalil ilmun manajemen lebih disempurnakan sehingga kebenarannya tidak dapat lagi dibantah. Dalam jangka waktu inilah gelar-gelar kesarjanaan dalam ilmu administrasi Negara dan niaga mulai banyak diberikan oleh lembaga-lembaga pendidikan tinggi.
Tahap human relation (1945-1959)
Tahap ini disebut tahap huaman relation karena setelah terciptanya prinsip-prinsip, rumus-rumus, dan dalil-dalil yang telah teruji kebenarannya, perhatian para ahli dan sarjana mulai beralih pada factor manusia serta hubungan formal dan informal yang perlu diciptakan, dibina, dan dikembangkan oleh antarmanusia pada semua tingkatan organisasi demi terlaksananya kegiatan-kegiatan yang harus dilaksanakan dalam susunan yang intim dan harmonis.
Tahap behaviorisme (2959-….)
Dari sejarah yang dikemukakan tersebut di atas, dapat dikatakan bahwa ilmu manajemen memiliki sejarah perkembangan sendiri, seperiti ilmu-ilmu lain. Manajemen merupakan suatu disiplin terapan yang berfokus pada hasil yang mudah dilaksanakan.

Jadi menurut kami dalam sejarah manajemen dapat disimpulkan bahwa proses perkembangan manajemen mulai dari abad ke abad semakin mengalami perkembangan yang semakin pesat. Karena proses yang terjadi sesuai dengan perkembangan zaman pada masa ke masa. Sesuai dengan fungsi dari manajemen itu sendiri semakin terjadinya perubahan atau perkembangan zaman maka semakin bertambahnya fungsi dari manajemen tersebut.






OPERASI FUNGSI MANAJEMEN DALAM LEMBAGA PENDIDIKAN
Perencanaan Dalam Lembaga Pendidikan
Menurut Hikmat (2014:101) Perencanaan pendidikan adalah proses kegiatan pendidikan, sedangkan rencana pendidikan merupakan hasil perencanaan yang telah dirumuskan dan ditetapkan bersama. Dalam perencanaan pendidikan biasanya terdapat openentuan-penentuan sebagai berikut:
Bentuk-bentuk atau jenis-jenis kegiatan pendidikan yang akan dilaksanakan.
Prosedur pelaksanaan kegiatan pendidikan.
Kebijakan-kebijakan yan dijadikan landasan kegiatan pendidikan.
Arahan dan tujuan yang hendak dicapai dalam pendidikan.
Personal yang melaksanakan rencana kegiatan pendidikan.
Waktu pelaksanaan rencana kegiatan kependidikan.
Anggaran biaya yang dibutuhkan dalam kegiatan pendidikan.
Sedangkan menurut Mahmud, (2019:96) Perencanaan  (planning) merupakan suatu kegiatan yang wajib ada dalam sebuah organisasi atau manajemen. Perencanaan adalah proses dasar dimana manejemen memutuskan tujuan dan cara pencapaiannya. Merencanakan program kerja organisasi atau lembaga pada dasarnya memikirkan pula tentang metode apa yang akan digunakan, prosedur dan regulasi yang menjadi arahan, perangkat teknologi yang bisa di maksimalkan. Bentuk rencana yang dilakukan oleh lembaga atau organisasi, terlepas dari tipe-tipe dan bentuknya antara lain:
Program
Standar
Acara
Anggaran
Metode
Siasat
Kebijaka
Prosedur
Peraturan
Jadi kesimpulan yang dapat kami ambil yaitu dalam membentuk suatu lembaga tentunya harus melalui tahap perencanaan yang sesuai dengan tujuan yang telah dirumuskan atau diteteapkan dalam lembaga pendidikan. Oleh karenanya proses perencanaan harus sesuai dengan struktur dari proses lembaga itu sendiri.

Pengorganisasian Dalam Lembaga Pendidikan
Melakukan proses pengorganisasian yaitu proses menghubungkan orang-orang yang terlibat dalam organisasi pendidikan dan menyatupadukan tugas serta fungsinya dalam system jaringan kerja yang relationship antara satu dan yang lainnya. Dalam proses pengorganisasian suatu lembaga pendidikan, manajer menetapkan pembagian tugas, wewenang dan tanggungjawab secara rinci berdasarkan bagian-bagiannya masing-masing sehingga terintegrasikan hubungan-hubungan kerja yang sinergis, kooperatif, harmonis, dan seirama dalam mencapai tujuan yang telah disepakati bersama. Yusak Burhanudidin (Hikmat, 2014:41)
Sedangkan menurut Mahmud (2019:112-115) Perorganisasian adalah proses untuk menyantukan  orang-orang tersebut dalam tujuan yang sudah ditetapkan dengan demikian kesatuan kerja, dalam rangka mencapai salah satu perinsip pengorganisasian adalah terbaginya tugas dalam berbagai unsur organisasi sesuai dengan bentuk dan tipe organisasi bersangkutan. Dalam peroses dilakukan penentuan fungsi hubungan, dan struktur. Hubungan meliputi tanggung jawab dan wewenang, sedangkan struktur terbagi menjadi. Vertikal atau rizontal, yang nantinya akan menentukan pembagian tanggung jawab untuk pencapaian tujuan itu sendiri. Proses pengorganisasian ini mutlak ada dalam kehidupan berorganisasi, termasuk juga di lingkungan lembaga pendidikan.

Jadi dalam proses pengorganisasian dapat kami simpulkan dengan adanya perencanaan di atas proses pengorganisasian dilakukan dengan pembagian tugas pada masing-masing orang yang ada dalam lembaga atau organisasi tersebut serta bertanggung jawab atas pekerjaan yang telah mereka terima.

Pengendalian Dalam Lembaga Pendidikan
Menuruut Ibid (Hikmat, 2014:123) Pengendalian dilakukan secara vertikal maupun horizontal, dimana atasan dapat melakukan pengontrolan kepada bawahannya, demikian pula bawahan dapat melakukan upaya kritik kepada atasan. Cara tersebut diistilahkan dengan istilah sistem pengawasan melekat. Pengawasan melekat lebih menitikberatkan pada kesadaran dan keikhlasan dalam bekerja. Pengendalian terdiri atas:
Penelitian terhadap hasil kerja sesuai dengan rencana atau program kerja.
Pelaporan hasil kerja dan pendataan berbagai masalah.
Evaluasi hasil kerja dan problem solving.
Menurut Mahmud, (2019:120) Fungsi pengarahan dalam manajemen pada dasarnya adalah pembimbingan, pemberian petunjuk, dan instruksi kepada anggota organisasi agar mereka bisa bekerja sesuai dengaan rencana yang telah di tetapkan untuk mencapai tujuan organisasi itu sendiri. Sementara fungsi pengendalian pada dasarnya merupakan proses yang mencakup pemberian arahan, prosedur kerja bagi kariawan agar dapat melaksanakan pekerjaan dengan cara paling baik, serta menciptakan iklim kerja yang kondusif bagi terlaksananya aktivitas yang telah di tetapkan.

Jadi dapat kami simpulkan bahwa dalam pengendalian dan pengarahan ini seorang pemimpinan dapat memberi bimbingan terhadap kinerja bagi  para anggotanya. Serta pemimpin dapat menciptakan iklim kerja yang kondusif agar proses pengorganisasian berjalan sesuai dengan tujuan yang di sepakati bersama.

Evaluasi Dalam Lembaga Pendidiakan
Menurut Ibid (Hikmat, 2014:125) Mengevaluasi artinya menilai semua kegiatan untuk menemukan indicator yang menyebabkan sukses atau gagalnya pencapaian tujuan, sehingga dapat dijadikan bahan kajian berikutnya. Sebagaimana para pendidik dalam melaksakan kegiatan mengajar kepada anak didiknya, untuk mengetahui tingkat prestasi anak didik dilakukanlah evaluasi. Misalnya dilaksanakan ulangan, ujian tengah semester dan ujian akhir.
Sedangkan menurut Mahmud, (2019:166-167) Melalui kegiatan evaluasi, maka manajemen sebuah organisasi dapat mengetahui seberapa jauh pencapaian mereka, seberapa besar kinerja mereka atau sejauh mana tingkat keterlaksanaan program-program kerja yang sudah dirumuskan. Tanpa evaluasi maka manajemen sulit untuk mengetahui kondisi akhir yang telah dicapai apakah semua butir perencanaan sudah dilakukan atau sebaliknya. Secara ilmiah, evaluasi merupakan kegiatan kegiatan yang terencanan untuk mengetahui keadaan suatu obyek deng menggunakan intrumen dan hasilnya dibandingkan dengan tolak ukur untuk meperoleh
Jadi dalam pengevaluasian disini dapat kami simpulkan bahwa proses penilaian yang dilakukan oleh seorang pemimpin terhadap kinerja atau kegiatan yang telah dilakukan agar seorang pemimpin dapat mengetahui sejauhmana  pencapaian dari kegiatan yang telah di jalankan  tersebut. Namun dalam pendidikan seorang guru dapat menilai sejauh mana tingkat kebrhasilan bagi para peseta didik dalam proses belajar mengajar dengan memberi latihan atau saat ujian smester berlangsung, maka para pendidik akan melihat hasil dari jawaban yang peserta didik berikan atau fahami.
Penyusunan Anggaran Biaya Dalam Lembaga Pendidikan
Menurut Ibid (Hikmat, 2014:126-127) Salah satu fungsi manajemen adalah penyusunan anggaran biaya (budgeting). Oleh karena itu, manajer harus memerhatikan income yang diperoleh sebelum mengeluarkan dana untuk kegiatan tertentu. Suatu anggaran merupakan rencana penggunaan sumber-sumber keuangan yang diperlukan untuk melaksanakan kegiatan terpadu. Kegiatan pendidikan yang menghamburkan biaya tanpa makna dan manfaat tidak akan terjadi apabila pemerintah menurunkan dana dengan perencanaan dan pengorganisasian yang matang. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam fungsi pembiayaan ialah:
Perencanaan tentang jumlah biaya yang diperlukan.
Sumber biaya yang diperoleh atau diusahakan.
Mekanisme penggunaannya.
Pola pembukaan dan pertanggungjawaban.
Pengawasan.
Sedangkan menurut Mahmud, (2019:154-155) Penganggaran dan pembiayaan ini merupakan hal yang esensial untuk keleancaraan pemyelenggaraan pendidikan, maka ia perlu di masukkan sebagai bahasan dari oprasionalisasi fungsi manajemen.penganggaran dan pembiayaan adalah dua istilah yang tidak dapat di pisahkan. Jika penganggaran merujuk pada perumusan rencana kegiatan yang di nyatakan dalam ukuran keuangan, maka pembiayaan adalah pengolalan segala proses keuangan untuk berbagai macam kegiatan yang ada demi pencapaian tujuan yang sudah di tetapan dalam rancangan kegiatan tersebut. Proses penganggaran adalah suatu proses penyusuan rencana secara sistematis, yang meliputi seluruh kgiatan perusahaan, yang di nyatakan dalam unit (kesatuan) moneter yang berlaku untuk jangka waktu (periode) tertentu yang akan datang.
Penyusunan suatu anggaran dalam konteks manajemen organisasi secara umum pada dasarnya harus didasarkan pada prinsip-prinsip berikut, diantaranya sebagai berikut:
Adanya keterlibatan manajemen organisasi.
Adanya kemampuan untuk beradaptasi dengan kondisi actual organisasi.
Adanya petanggungjawaban keuangan.
Berorientasi pada tujuan yang sudah ditetapkan.
Adanya komunikasi dengan masing-masing bagian dalam organisasi.
Adanya ekspektasi yang realistis.
Terdapat rancangan waktu penggunaan yang rasional.
Dapat diaplikasikan secara fleksibel.
Adanya sanksi jika terjadi penyalahgunaan.
Jadi dapat kami simpulkan bahwa dalam suatu lembaga atau organisasi, seorang pemimpin harus memperhatikan masukan ataupun pengeluaran dari dana yang ada pada lembaga tersebut. Karena dengan adanya anggaran tersebut proses atau kegiatan dalam lembaga akan berjalan sesuai dengan tujuan yang diinginkan.

Staffing Dalam Lembaga Pendidikan
Menurut Ibid (Hikmat, 2014:131) Staffing atau assembling resources, termasuk kegiatan organisasi yang sangat penting karena berhubungan dengan penempatan orang dalam tugas dan kewajiban tertentu yang harus dilaksanakan. Dalam melaksanakan tugas aytau fungsi staffing, manajemen harus melakukan hal-hal berikut:
Menentukan jenis pekerjaan.
Menentukan jumlah orang yang dibutuhkan.
Menentukan tenaga ahli.
Menempatkan personil sesuai dengan keahliannya.
Menentukan tugas, fungsi dan kedudukan staffing.
Membatasi otoritas dan tanggungjawab pegawai.
Menentukan hubungan antar unit kerja.
Menentukan gaji, upah, dan insentif bagi pegawai.
Menentukan masa jabatan, mutasi, pension, dan pemberhentian, pegawai (berkaitan dengan peraturan perundangan yang berlaku. AD/ART atau Statuta Perguruan Tinggi).
Staffing berhubungan dengan directing dan commanding karena di dalamnya terdapat usaha pengembangan kelompok kerja dan beberapa fungsi, antara lain menurut Anton Athoillah, (2010:178)
Usaha merangsang dan mendorong serta membimbing secara kontinu perkembangan keahlian para pekerja baik secara individual maupun secara kolektif.
Usaha mebantu tugas para pekerja secara baik dan melatih meningkatkan kemampuan kerja para pegawai.

Jadi kesimpulan yang dapat kami ambil dari proses terakhir yaitu suatu kegiatan yang berhubungan dengan penempatan pegawai dalam tugas dan kewajiban tertentu karena seorang pemimpin harus mendorong dan membimbing serta membantu tugas para pegawai dan melatih agar kinerja dari para pegawai dapat meningkat secara optimal.






DAFTAR PUSTAKA
Athoillah, Anton. 2010. Dasar-Dasar Manajemen. Bandung: CV Pustaka Setia
Bush, Tony. 2008. Leadership And Management Depelovment In Education. London: SAGE Publications Ltd.
Doyle Paul Jonshon. Teori Sosiologi Klasik Dan Modern. Alih Bahasa Robert M.Z. Lawang. Jilid L. Jakarta: Gramedia. 1986.
Irine. Manajemen Pendidikan. Jogyakarta: Mitra Cendikia Press. 2008.
Ishak Sholih. Asas-Asas Manajemen Umum Manajemen Pendidikan Dan Manajemen Perkantoran. Bandung: IAIN Sunan Gunung Djati. 1990.
Miftah Thoha. Kepemimpinan Dalam Manajemen: Suatu Pendekatan Perilaku. Jakarta: Pt Raja Grafindo Persada. 1995
Mitrani. Dkk. 1992. Competency Based Human  Resources Manajement: London.
Trimo, MLS., Soejono Seokanto. Analisis Kepemimpinan. Bandung: Amgkasa. 1984.
.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Analisis mengenai aspek pendidikan tentang permasalahan anak usia dini

Tuas UAS kelompok manajemen rencana diklat