Sejarah supervisi pembelajaran
MAKALAH SUPERVISI PEBELAJARAN
SEJARAN SUPERVISI PEMBELAJARAN
DOSEN PENGAMPU : Dr. HAROMAIN M.Pd
DISUSUN OLEH KELOMPOK 2
HIDAYATUL IKHWAN 17131026
SAHRIN 17131006
MIA RETNA DILA 17131015
TITANIA LARAS Z. 17131033
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
INSTITUT KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN MATARAM
2019/2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatNYA sehingga makalah ini dapat tersusun hingga selesai. Tidak lupa kami juga mengucapkan banyak terimakasih atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik materi maupun pikirannya.
Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca. Untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.
Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, Kami yakin masih banyak kekurangan dalam makalah ini. Oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
Mataram, 07 Oktober 2019
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB I PENDAHULUAN
Latar belakang 1
Rumusan masalah 2
BAB II PEMBAHASAN
Sejarah supervisi pebelajaran 3
Pengertian supervisi secara umum 6
Pengertian supervisi pembelajaran 7
Tipe-tipe supervisi pembelajaran 8
Tujuan supervisi pembelajaran 9
BAB III PENUTUP
Kesimpulan 10
DAFTAR PUSTAKA 11
BAB 1
PENDAHULUAN
Latar belakang
Sejak zaman Belanda hingga awal tahu 1950-an, kata supervisi yang popular sekarang, lebih dikenal dengan istilah inspeksi. Karenanya kegiatan supervisi pembelajaran yang kita kenal sekarang, dulunya merupakan aktivitas inspeksi, pemeriksaan, pengawasan atau penilikan atas proses belajar mengajar.
Hingga saat ini sesekali kegiatan supervisi itu masih berbau inspeksi, karena sifatnya melakukan pemeriksaan, pengawasan, dan penilikan. Namun demikian, titik tekan inspeksi adalah menyalahkan, sedangkan supervisi titik fokusnya adalah melakuakan bimbingan professional. Karena itu, supervisi dapat diberi makna sebagia inspeksi untuk mencari kelemahan-kelemahan guru hanya sebuah diagonis, yang kemudian ditindaklanjutin dengan kegiatan bimbingan professional terhadap mereka.
Sebagaimana yang kita ketahui maju mundurnya suatu lembaga atao organisasi ditentukan oleh suatu pengawasan atau yang kita kenal dengan supervisi. Supervisi memiliki kedudukan sentral dalam upaya pembinaan dan pengembangan kegiatan kerja sama dalam suatu organisasi, dewasa ini telah dipelajari secara Ilmiah. Lembaga pendidikan sebagai salah satu bentuk organisasi tentunya tidak dapat melepaskan diri dari kegiatan supervise. Di lingkungan lembaga pendidikan tersebut terlibat sejumlah manusia yang harue bekerja sama dalam mencapai suatu tujuan. Usaha penilaian, pembinaan, pengembangan, dan pengendalian lembaga pendidikan tersebut tentunya tidak dapat dilepaskan dari masalah metode dan alat serta masalah manusianya sendiri yang harus mampu mewujudkan kerja secara efektif. Oleh karena itu, didalam usaha penilaian,pembinaan,pengembangan,dan pengendalian lembaga pendidikan tersebut sangat diperlukan penerapan supervisi pendidikan.
Istilah supervisi dahulu banyak digunakan untuk kegiatan yang serupa dengan inspeksi, pemeriksaan, pengawasan, atau penilaian. Dalam konteks sekolah sebagai sebuah organisasi pendidikan, supervise merupakan bagian dari proses administrasi. Kegiatan supervise melengkapi fungsi-fungsi administrasi yang ada di sekolah sebagai fungsi terakhir, yaitu penilaian terhadap semua kegiatan dalam mencapai tujuan. Supervisi mempunyai peran mengoptimalkan tanggung jawab dari semua program. Supervisi berhybungan dengan semua upaya penelitian yang tertuju pada semua aspek yang merupakan factor penentu keberhasilan. Dengan mengetahui kondisi aspek-aspek tersebut secara rinci dan akurat, dapat diketahui dengan tepat pula yang diperlukan untuk meningkatkan kualitas organisasi.
Secara teoritik sudah ada pihak yang diharapkan dapat melakukan kegiatan supervise yerhadap guru, yaitu kepala sekolah dan wakilnya serta pebgawas, namun belum dapat terlaksana dengan efektif. Dalam kenyataannya beberapa tahun terakhir ini,baik pengawas maupun kepala sekolah belum dapat menjalankan kegiatan supervise dengan baik, bahkan semakin berkurang keefektifitasnya. Adapun alas an utama bertumpu pada dua hal,yaitu :
Beban kerja pengawas dan kepala sekolah terlalu berat,
Latar belakang pendidikan mereka kurang sesuai dengan bidang studi yang di supervise. Mengingat banyaknya bidang studi yang diajarkan oleh guru-guru di sekolah, terasa dan tampak akan sulit untuk mempertemukan antara keduanya. Oleh karena itu,perlu dicari formulasi dan alternative cara yang lebih tepat bagi kondisi di lapangan baik langsung maupun tidak yang mengarah pada pencapaian tujuan pembelajaran secara optimal.
Jadi kegiatan pokok supervise adalah melakukan pembinaan kepada sekolah pada umumnya dan guru pada khususnya agar kualitas pembelajaran meningkat. Sebagai dampak meningkatnya kualitas pembelajaran, tentu dapat meningkatkan pula prestasi belajar siswa, dan itu berarti dapat meningkatkan kualitas lulusan sekolah.
Rumusan masalah
Bagaimana sejarah supervisi pembelajaran ?
Apa yang dimaksud dengan supervisi secara umum ?
Apa yang dimaksud dengan supervisi pembelajaran ?
Apa tipe-tipe supervisi pembelajaran ?
Apa tujuan supervisi pembelajara ?
BAB II
PEMBAHASAN
Sejarah supervisi pembelajaran
Menelusuri sejarah supervisi pendidikan atau pembelajaran,walaupun serba singkat sebenarnya tidak mudah. Hal demikian dirasakn terutama karena catatan-catatan mengenai supervise pendidikan tidak selalu ada dan dilakukan, meskipun sesungguhnya supervisi pendidikan itu sebenarnya telah ada sejak adanya pendidikan. Padahal, pendidikan itu sebenarnya telah ada sejak adanya manusia. Kiranya tidak terlalu salah, jika hendak dikatakan bahwa supervise pendidikan atau pembelajaran itu sebenarnya telah ada sejak adanya manusia, biar pun dalam tataran dan tingkatan yang sederhana saja.
Dalam system pendidikan tradisional, dimana seorang murid masih berguru secara perorangan kepada seorang guru, hampir dipastikan bahwa satu-satunya sumber ilmu pengetahuan yang ditimba oleh sang murid adalah sang guru, seolah-olah sang guru telah maha tahu tentang apa saja yang diberikan kepada muridnya. Sementara itu sang murid menerima saja secara keseluruhan terhadap apa yang diberikan oleh gurunya.
Meskipun demikan, tidak jarang pada suatu kesempatan sang guru tersebut terus mengembangkan ilmunya baik secara mandiri maupun dengan cara mencari guru lain yang lebih tinggi ilmu pengetahuannya. Pengembangan ilmu pengetahuan yang telah miliki secara mandiri, sebenarnya menyiratkan adanya supervise, biarpun hal tersebut dilakukan oleh dirinya sendiri. Demikian juga ketika mencari guru lagi guna mempertajam dan memperluas ilmu pengetahuannya, sudah menyiratkan butuhnya supervisi yang bersangkutan dari orang yang lebih tinggi tangkat pengetahuannya.
Tidak jarang,dalam rangka pengembanagn ilmu pengetahuan yang dimiliki tersebut, sang guru mencari teman latih tanding dengan maksud saling menimba ilmu pengetahuan di antara mereka. Di sini terjadi saling asah,saling asuh,dan saling belajar. Meskipun hal demikian belum ada namanya,tetapi pada era sekarang hal demikian dikenal dengan proses supervise secara kolegial atau kesejawatan.
Supervisi pendidikan, yang dilakukan secara aktif oleh guru itu sendiri dengan cara mencari supervisor, berlaku dalam system pendidikan tradisional sebagaimana pada perguruan silat,pada perguruan ilmu-ilmu kesaktian,ilmu-ilmu kebatinan,bahkan juga banyak berlaku dalam system-sistem pendidikan tradisional pesantern. Dalam system pendidikan tradisional demikian, merkamenjadi guru senantisa mensupervisi diri mereka sendiri dengan mengembangkan ilmu pengetahuan lewat membaca dan berlatih (exersize,riyadah,dan lelaku), latih tanding secara kejawatan atau kologial atau mencari guru baru yang lebih luas dan dalam ilmunya bahkan tidak jarang juga mencari gurunya dahulu dengan maksud meneruskan dan memperdalam kembali ilmunya-ilmunya yang telah pernah di berikan.
Supervisi pembelajaran dalam system pendidikan tradisional ,nyatanya juga “ampuh” guna meningkatkan profesionalitas guru tersebut. Guru-guru yang senantiasa mensupervisi dirinya dan di supervise oleh gurunya secara terus menerus, terbukti mempunyai ilmu pengetahuan yang relative lebih luas dan dalam,mempunyai kesaktian yang lebih hebat dibandingkan mereka yang tidak terbina. Hal demikian telah mengisyaratkan kepada kita,betapa pentingnya supervise pndidikan atau pembelajaran,sesederhana apapun supervisinya.
Di zaman pertengahan, supervisi pendidikan dilakukan oleh Negara dan agama. Negara turut mensupervisi terhadap para guru, dengan maksud agar pembelajaran yang dilakukan oleh guru sesuai dengan apa yang menjadi kehendak Negara. Oleh karena itu, mereka yang ditunjuk oleh Negara sebagai supervisor.
Pada abad ke -17, di Eropa dan Amerika, terjadi tarik menarik mengenai otoritas sekolah antara kepala sekolah dengan supervisor yang berasal dari luar system sekolah. Dari tarik menarik mengenai otoritas tersebut, akhirnya sekolah juga menyetujui bahwa supervisor yang berasal dari sekolah tersebut tetap boleh masuk, tetapi dengan catatan otoritas sekolah masih tetap diakui. Dengan demikian kedudukan supervisor yang berasal dari luar sekolah tersebut,tetap berada dalam struktur sekolah di mana kepala sekolah sebagai pengendali utamanya.
Pada abad ke-18, supervisi pendidikan menempatkan perkembangannya yang lebih baik lagi karena unsur propesionalitas sudah mulai masuk. Bertindak sebagai supervisor adalah suatu badan yng pengangkatannya didasarkan atas keahliannya dalam hal metodologi pembelajaran.
Meskipun demikian, praktek supervise yang dilakukan oleh supervisor bukanlah memberikan bantuan kepada guru-gurusaja, melainkan lebih mengarah kepada inspeksi. Oleh karena itu,sejak saat ini istilah inspeksi dalam system persekolahan lebih luas dikenal.
Ternyata, system supervise demikian ini juga mengimbas ke sekolah-sekolah di Indonesia . Apa yang dilakukan oleh supervisos lebih banyak memberikan penilikan kepada guru-guru yang menjadi tanggung jwabnya. Mereka bertugas sebagai supervisor dikenak sebagai penilik sekolah. Sampai sekarang ,penilik sekolah ini masih ada dan praktik-praktik penilikan juga masih subur dilakukan di sekolah-sekolah meskipun telah berusaha didobrak dengan menggunakan system supervise yang lebih professional. Supervisi dengan cara memberikan kepenilikan atau inspeksi ini bahkan juga tercantum dalam kurikilum tahun 1968 pendidikan di Indonesia. Penerjemahan supervise dengan melihat dari atas (super=atas,visi=melihat).sebenarnya merupakan wujud supervise dengan cara mengispeksi.
Oleh karena itu supervise yang dilakukan adalah dengan cara menginspeksi, maka control atas pembelajaran lebih banyak dilakukan dibandingkan dengan mengambil langkah-langkah supervise. Sayangnya ,tidak jarang mereka yang memberikan kepenilikan dan kepengawasan,tidak selalu paham dengan pembelajaran yang dilakukan oleh guru. Oleh karena itu, tidak jarang sebagai kompensasi atas ketidakmengertian terhadap pembelajaran yang sedang berlangsung, kemudian banyak supervisor manakut-nakuti kepada guru.
Pada abad ke 19 supervisi pembelajaran sudah lebih professional lagu. Supervisi yang dilakukan oleh supervisor tidak lagi sekedar mengontrol dan memberikan kepenilikan di bidang pembelajaran, melainkan mengimbas juga ke bidang-bidang administrasf. Maka jenis supervisi yang dilakukan tidak saja teraksentuasi pada pekerjaan-pekerjaan guru yang berkaitan dengan aspek akademik, melainkan berkaitan juga dengan aspek-aspek administrastif.
Jika kita melihat kurikulum 1975, pendidikan di Indonesia,supervise pembelajarn yang dikonseptualisasikan dalam kurikulum tersebut terkena imbas perkembangan supervise pembelajaran pada abad ke 19. Sungguh pun telah mengalami peningkatan setapak lebih Dikatakan mengalami peningkatan, karena supervise pembelajaran pada abad ke 19 lebih menonjolkan aspek kontrolnya ketimbang aspek supervisinya, sementara pada kurikulum 1975 telah menonjolkan aspek supervisinya. Imbas supervise pembelajaran pada abad ke 18 atas supervise pembelajaran dalam kurikulum 1975, terutama terletak pada aspek substansifnya, aitu sama0sama tertuju ke aspek akademik dan administrative.
Pada kurikulum 1984 dan seterusnya, supervise pembelajaran lebih banah diaksentuasikan kepada aspek-aspek akademik dan tidak banak lagi ke aspek administrative. Supervisi pembelajaran yang dahulunya lebih banyak menjadi tanggung jawab pengawas sekolah, kini lebih banak beralih menjadi tanggung jawab kepala sekolahatau pimpinan sekolah,karena kepala sekolah hamper setiap hari bertemu dengan guru-guru. Meskipun demikian, pengawas sekolah juga tetap memberikan supervise kepada guru-guru, baik secara langsung kepada guru maupun secara tidak langsung melalui kepala sekolah.
Saat diterapkannya kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), pelaksanaan supervise juga ditekankan. Bahkan setelah KTSP diberlakukan, lahirlah Permendiknas RI Nimor 12 Tahun 2007 tentang Standar Kompetensi Pengawas Sekolah/Madrasah yang mengatur pelaksanaan supervise yang harus dilakukan oleh pengawas. Demikian juga lahirna Permendiknas Nomor 13 Tahun 2007 tentang Standar kepala sekolah/Madrasah, juga menegaskan kembali bahwa supervise akademik memang harus dilakukan oleh kepala sekolah.
Pengertian supervisi secara umum
Secara terminologi umum, istilah supervise berarti mengamati, mengawasi,atau membimbing dan menstimulir kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh orang lain dengan maksud untuk mengadakan perbaikan. Konsep supervise didasarkan atas keyakinan bahwa perbaikan merupakan suatu usaha yang kooperatif dari semua orang yang berpartisipasi dan supervisor sebagai pemimpin, yang juga bertindak sebagai stimulator, pembimbing,dan konsultan bagi para bawahannya dalam rangka upaya perbaikan mutu pendidikan.
Supervisi pembelajaran merupakan suatu usaha mengkoordinasi dan membimbing secara kontinu pertumbuhan guru-guru disekolah baik secara individu maupun kelompok. Hakekatnya segenap bantuan yang ditujukan pada perbaikan-perbaikan dan pembinaan aspek pengajaran.
Supervisi berasal dari kata “super” artinya lebih atau atas, dan “vision” artionya melihat atau meninjau. Secara etimologis supervise artinya melihat atau meninjau yang dilakukan oleh atasan terhadap pelaksanaan kegiatan bawahannya. Namun pengertian ini membawa implikasi bahwa seolah-olah supervise disamakan dengan pengawasan atau inspeksi yang umum berlaku, terutama dalam dunia pendidikan. Supervisi pendidikan atau supervise sekolah di asumsikan sebagai kegiatan mendeteksi kesalahan dari bawahan dalam melaksanakan perintah serta poeraturan-peraturan dari atasan. Kesalahan dalam melaksanakannya dipandang sebagai suatu hal yang harus mendapat hukuman atau ganjaran yang dikenal dengan nama hukuman administrative. Tetapi nsebenarnya kegiatan supervise itu dilakukan oleh orang tertentu yang disebut dengan supervisor yang pada hakekatnya juga pemimpin pendidikan untuk menilai kemampuan guru maupun tenaga kependidikan lainnya dalam melaksanakan tugasnya masing-masing, serta melakukan teguran-teguran atau perbaikan terhadap kekurangan-kekurangan atau memberikan solusi terhadap kesulitan-kesulitan yang dialami bawahannya.
Pengertian supervisi pembelajaran
Secara etimologi, supervisi pembelajaran sering diartikan sebagai serangkaian bantuan usaha dari guru. Terutama bantuan yang berwujud layanan profesional yang dilakukan oleh kepala sekolah, dan pengawasan serta supervisor lainnya untuk meningkatkan proses dan hasil belajar.
Banyak pakar yang memberikan batasan supervisi sebagai bantuan pada staf untuk mengembangkan situasi belajar mengajar yang baik, Adams memberikan batasan sebagai perencanaan program perbaikan pembelajaran. Sementara itu Wies memberikan batasan supervisi sebagai berikut: “supervision is service activity that exits to help teacher do their job better”.
Berdasarkan pengertian-pengertian tersebut, nyatalah bahwa supervisi pembelajaran adalah sebagi berikut:
Serangkaian bantuan yang berwujud layanan perofesional.
Layanan professional tersebut dibarikan oleh orang yang lebih ahli kepada guru.
Maksud layanan professional tersebut adalah agar dapat meningkatkan kualitas proses dan hasil belajar sehingga tujuan rencana pendidikan akan tercapai.
Batasan supervisi pembelajaran yang demikian ini sekaligus mereduksikan supervisi pembelajaran model lama. Supervisi pembalajaran model lama, sebanarnya lebih mencerminkan dari segi etimologis, yang nama praktik-praktik supervisi lebih banyak mengarah ke inspeksi, pemilik dan pengawas.
Tipe supervisi pembelajaran
Supervisi pembelajaan mempunyai banyak tipe, diantaranya adalah:
Supervise sebagai inspeksi
Tipe supervise pembelajaran seperti inihanya ingin mencari kesalahan gurunya, tanpa dimaksudkan untukmelakukan pembinaan. Bahkan ia bukan membina, malah membinasakan. Tipe supervisor pembelajaran seperti ini biasanya dilakukan oleh pengawas atau administrator sekolah yang otokratis, mengutamakan pada upaya mencari kesalahan orang lain, bertindak sebagai inspektur yang bertugas mengawasi guru.
Supervisi yang Laisses faire
Tipe supervisi pembelajaran seperti ini dijalankan oleh pengawas atau supervisor secara tanpa pendirian alias sebab boleh. Dengan tipe supervisi ini, guru guru boleh mengajar tanpa diberi petunjuk yang benar.
Supervisi yang coersive
Tipe supervisi seperti ini, sifatnya memaksa kehendaknya. Apa yang diperkirakannya sebagai sesuatu yang baik, meskipun tidak cocok dengan kondisi ataupun kemampuan pihak yang disupervisi tetap saja dipaksakan berlakunya. Guru sama sekali tidak diberi kesempatan untuk bertanya mengapa harus demikian.
Supervisi yang bertipe training dan guidance
Tipe supervisi pembelajaran seperti ini diartikan sebagai memberikan latihan dan bimbingan kepada guru dalam rangka peningkatan dan pengembangan kemampuan profesionalnya. Hal yang positif dari supervisi pembelajaran ini adalah guru dan staf tata usaha selalu mendapatkan latihan dan bimbingan dari administrator sekolah atau pengawas.
Supervisi demoktratis
Tipe supervisi yang demoktratis memerlukan kondisi dan situasi yang khusus untuk menjalankan tugasnya. Pemampilan berbeda dengan beberapa tipe yang dikemukakan sebelumnya. Bagi supervisor pembelajaran yang demoktratis, dialog, diskusi, kesepakatan bersama, menjadi sanagat penting, tanjung jawab bukan hanya seorang administrator sebagai pemimpin saja yang memegangnya, tetapi didistribusikan kepada guru sesuai dengan kemampuan dan keahlian masing-masing.
Tujuan supervisi pembelajaran
Tujuan supervisi pembelajaran adalah untuk meningkatkan kemampuan profesional guru dalam meningkat proses belajar melalui pemberian bantuan yang terutama bercorak layanan profesional kepada guru. Jika proses belajar meningkat maka hasil belajar diharapkan meningkat. Adapun tujuan supervisi sebagai berikut:
Mempebaiki proses belajar mengajar.
Perbaikan tersebut dilaksanakan oleh supervisi.
Supervisi dilakukan oleh supervisor.
Sasaran supervisi adalah guru dan orang lain yang ada kaitannya atau dalam rangka memberikan layanan supervisi kepada guru.
Secara jangka panjang, maksud supervisi adalah memberikan kontribusi bagi pencapaian tujuan
Memperbaiki matei dan kegiatan belajar mengajar.
Memperbaiki media belajar mengajar.
Memperbaiki sikap guru atas tugasnya.
Memperbaiki metode belajar mengajar.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Sejak zaman Belanda hingga awal tahu 1950-an, kata supervisi yang popular sekarang, lebih dikenal dengan istilah inspeksi. Karenanya kegiatan supervisi pembelajaran yang kita kenal sekarang, dulunya merupakan aktivitas inspeksi, pemeriksaan, pengawasan atau penilikan atas proses belajar mengajar.
Hingga saat ini sesekali kegiatan supervisi itu masih berbau inspeksi, karena sifatnya melakukan pemeriksaan, pengawasan, dan penilikan. Namun demikian, titik tekan inspeksi adalah menyalahkan, sedangkan supervisi titik fokusnya adalah melakuakan bimbingan professional. Karena itu, supervisi dapat diberi makna sebagia inspeksi untuk mencari kelemahan-kelemahan guru hanya sebuah diagonis, yang kemudian ditindaklanjutin dengan kegiatan bimbingan professional terhadap mereka.
DAFTAR PUSTAKA
Blogspot. (2013). Makalah perkembangan supervisi pendidikan sejak awal sampai sekarang. (online) https://kumpulanberbagaimakalah.blogspot.com/2013/12/makalah-perkembangan-supervisi.html diakses tanggal 05 Oktober 2019
Rizka. (2015). Makalah supervisi pembelajaran. (online) https://makalahuniq.blogspot.com/2015/10/makalah-supervisi-pembelajaran-normal-0.html diakses tanggal 05 Oktober 2019
Aina Mulyana. (2018) SUPERVISI PEMBELAJARAN (Online) https://ainamulyana.blogspot.com/2012/02/supervisi-pembelajaran.html diakses tanggal 07 Oktober 2019
SEJARAN SUPERVISI PEMBELAJARAN
DOSEN PENGAMPU : Dr. HAROMAIN M.Pd
DISUSUN OLEH KELOMPOK 2
HIDAYATUL IKHWAN 17131026
SAHRIN 17131006
MIA RETNA DILA 17131015
TITANIA LARAS Z. 17131033
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
INSTITUT KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN MATARAM
2019/2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatNYA sehingga makalah ini dapat tersusun hingga selesai. Tidak lupa kami juga mengucapkan banyak terimakasih atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik materi maupun pikirannya.
Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca. Untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.
Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, Kami yakin masih banyak kekurangan dalam makalah ini. Oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
Mataram, 07 Oktober 2019
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB I PENDAHULUAN
Latar belakang 1
Rumusan masalah 2
BAB II PEMBAHASAN
Sejarah supervisi pebelajaran 3
Pengertian supervisi secara umum 6
Pengertian supervisi pembelajaran 7
Tipe-tipe supervisi pembelajaran 8
Tujuan supervisi pembelajaran 9
BAB III PENUTUP
Kesimpulan 10
DAFTAR PUSTAKA 11
BAB 1
PENDAHULUAN
Latar belakang
Sejak zaman Belanda hingga awal tahu 1950-an, kata supervisi yang popular sekarang, lebih dikenal dengan istilah inspeksi. Karenanya kegiatan supervisi pembelajaran yang kita kenal sekarang, dulunya merupakan aktivitas inspeksi, pemeriksaan, pengawasan atau penilikan atas proses belajar mengajar.
Hingga saat ini sesekali kegiatan supervisi itu masih berbau inspeksi, karena sifatnya melakukan pemeriksaan, pengawasan, dan penilikan. Namun demikian, titik tekan inspeksi adalah menyalahkan, sedangkan supervisi titik fokusnya adalah melakuakan bimbingan professional. Karena itu, supervisi dapat diberi makna sebagia inspeksi untuk mencari kelemahan-kelemahan guru hanya sebuah diagonis, yang kemudian ditindaklanjutin dengan kegiatan bimbingan professional terhadap mereka.
Sebagaimana yang kita ketahui maju mundurnya suatu lembaga atao organisasi ditentukan oleh suatu pengawasan atau yang kita kenal dengan supervisi. Supervisi memiliki kedudukan sentral dalam upaya pembinaan dan pengembangan kegiatan kerja sama dalam suatu organisasi, dewasa ini telah dipelajari secara Ilmiah. Lembaga pendidikan sebagai salah satu bentuk organisasi tentunya tidak dapat melepaskan diri dari kegiatan supervise. Di lingkungan lembaga pendidikan tersebut terlibat sejumlah manusia yang harue bekerja sama dalam mencapai suatu tujuan. Usaha penilaian, pembinaan, pengembangan, dan pengendalian lembaga pendidikan tersebut tentunya tidak dapat dilepaskan dari masalah metode dan alat serta masalah manusianya sendiri yang harus mampu mewujudkan kerja secara efektif. Oleh karena itu, didalam usaha penilaian,pembinaan,pengembangan,dan pengendalian lembaga pendidikan tersebut sangat diperlukan penerapan supervisi pendidikan.
Istilah supervisi dahulu banyak digunakan untuk kegiatan yang serupa dengan inspeksi, pemeriksaan, pengawasan, atau penilaian. Dalam konteks sekolah sebagai sebuah organisasi pendidikan, supervise merupakan bagian dari proses administrasi. Kegiatan supervise melengkapi fungsi-fungsi administrasi yang ada di sekolah sebagai fungsi terakhir, yaitu penilaian terhadap semua kegiatan dalam mencapai tujuan. Supervisi mempunyai peran mengoptimalkan tanggung jawab dari semua program. Supervisi berhybungan dengan semua upaya penelitian yang tertuju pada semua aspek yang merupakan factor penentu keberhasilan. Dengan mengetahui kondisi aspek-aspek tersebut secara rinci dan akurat, dapat diketahui dengan tepat pula yang diperlukan untuk meningkatkan kualitas organisasi.
Secara teoritik sudah ada pihak yang diharapkan dapat melakukan kegiatan supervise yerhadap guru, yaitu kepala sekolah dan wakilnya serta pebgawas, namun belum dapat terlaksana dengan efektif. Dalam kenyataannya beberapa tahun terakhir ini,baik pengawas maupun kepala sekolah belum dapat menjalankan kegiatan supervise dengan baik, bahkan semakin berkurang keefektifitasnya. Adapun alas an utama bertumpu pada dua hal,yaitu :
Beban kerja pengawas dan kepala sekolah terlalu berat,
Latar belakang pendidikan mereka kurang sesuai dengan bidang studi yang di supervise. Mengingat banyaknya bidang studi yang diajarkan oleh guru-guru di sekolah, terasa dan tampak akan sulit untuk mempertemukan antara keduanya. Oleh karena itu,perlu dicari formulasi dan alternative cara yang lebih tepat bagi kondisi di lapangan baik langsung maupun tidak yang mengarah pada pencapaian tujuan pembelajaran secara optimal.
Jadi kegiatan pokok supervise adalah melakukan pembinaan kepada sekolah pada umumnya dan guru pada khususnya agar kualitas pembelajaran meningkat. Sebagai dampak meningkatnya kualitas pembelajaran, tentu dapat meningkatkan pula prestasi belajar siswa, dan itu berarti dapat meningkatkan kualitas lulusan sekolah.
Rumusan masalah
Bagaimana sejarah supervisi pembelajaran ?
Apa yang dimaksud dengan supervisi secara umum ?
Apa yang dimaksud dengan supervisi pembelajaran ?
Apa tipe-tipe supervisi pembelajaran ?
Apa tujuan supervisi pembelajara ?
BAB II
PEMBAHASAN
Sejarah supervisi pembelajaran
Menelusuri sejarah supervisi pendidikan atau pembelajaran,walaupun serba singkat sebenarnya tidak mudah. Hal demikian dirasakn terutama karena catatan-catatan mengenai supervise pendidikan tidak selalu ada dan dilakukan, meskipun sesungguhnya supervisi pendidikan itu sebenarnya telah ada sejak adanya pendidikan. Padahal, pendidikan itu sebenarnya telah ada sejak adanya manusia. Kiranya tidak terlalu salah, jika hendak dikatakan bahwa supervise pendidikan atau pembelajaran itu sebenarnya telah ada sejak adanya manusia, biar pun dalam tataran dan tingkatan yang sederhana saja.
Dalam system pendidikan tradisional, dimana seorang murid masih berguru secara perorangan kepada seorang guru, hampir dipastikan bahwa satu-satunya sumber ilmu pengetahuan yang ditimba oleh sang murid adalah sang guru, seolah-olah sang guru telah maha tahu tentang apa saja yang diberikan kepada muridnya. Sementara itu sang murid menerima saja secara keseluruhan terhadap apa yang diberikan oleh gurunya.
Meskipun demikan, tidak jarang pada suatu kesempatan sang guru tersebut terus mengembangkan ilmunya baik secara mandiri maupun dengan cara mencari guru lain yang lebih tinggi ilmu pengetahuannya. Pengembangan ilmu pengetahuan yang telah miliki secara mandiri, sebenarnya menyiratkan adanya supervise, biarpun hal tersebut dilakukan oleh dirinya sendiri. Demikian juga ketika mencari guru lagi guna mempertajam dan memperluas ilmu pengetahuannya, sudah menyiratkan butuhnya supervisi yang bersangkutan dari orang yang lebih tinggi tangkat pengetahuannya.
Tidak jarang,dalam rangka pengembanagn ilmu pengetahuan yang dimiliki tersebut, sang guru mencari teman latih tanding dengan maksud saling menimba ilmu pengetahuan di antara mereka. Di sini terjadi saling asah,saling asuh,dan saling belajar. Meskipun hal demikian belum ada namanya,tetapi pada era sekarang hal demikian dikenal dengan proses supervise secara kolegial atau kesejawatan.
Supervisi pendidikan, yang dilakukan secara aktif oleh guru itu sendiri dengan cara mencari supervisor, berlaku dalam system pendidikan tradisional sebagaimana pada perguruan silat,pada perguruan ilmu-ilmu kesaktian,ilmu-ilmu kebatinan,bahkan juga banyak berlaku dalam system-sistem pendidikan tradisional pesantern. Dalam system pendidikan tradisional demikian, merkamenjadi guru senantisa mensupervisi diri mereka sendiri dengan mengembangkan ilmu pengetahuan lewat membaca dan berlatih (exersize,riyadah,dan lelaku), latih tanding secara kejawatan atau kologial atau mencari guru baru yang lebih luas dan dalam ilmunya bahkan tidak jarang juga mencari gurunya dahulu dengan maksud meneruskan dan memperdalam kembali ilmunya-ilmunya yang telah pernah di berikan.
Supervisi pembelajaran dalam system pendidikan tradisional ,nyatanya juga “ampuh” guna meningkatkan profesionalitas guru tersebut. Guru-guru yang senantiasa mensupervisi dirinya dan di supervise oleh gurunya secara terus menerus, terbukti mempunyai ilmu pengetahuan yang relative lebih luas dan dalam,mempunyai kesaktian yang lebih hebat dibandingkan mereka yang tidak terbina. Hal demikian telah mengisyaratkan kepada kita,betapa pentingnya supervise pndidikan atau pembelajaran,sesederhana apapun supervisinya.
Di zaman pertengahan, supervisi pendidikan dilakukan oleh Negara dan agama. Negara turut mensupervisi terhadap para guru, dengan maksud agar pembelajaran yang dilakukan oleh guru sesuai dengan apa yang menjadi kehendak Negara. Oleh karena itu, mereka yang ditunjuk oleh Negara sebagai supervisor.
Pada abad ke -17, di Eropa dan Amerika, terjadi tarik menarik mengenai otoritas sekolah antara kepala sekolah dengan supervisor yang berasal dari luar system sekolah. Dari tarik menarik mengenai otoritas tersebut, akhirnya sekolah juga menyetujui bahwa supervisor yang berasal dari sekolah tersebut tetap boleh masuk, tetapi dengan catatan otoritas sekolah masih tetap diakui. Dengan demikian kedudukan supervisor yang berasal dari luar sekolah tersebut,tetap berada dalam struktur sekolah di mana kepala sekolah sebagai pengendali utamanya.
Pada abad ke-18, supervisi pendidikan menempatkan perkembangannya yang lebih baik lagi karena unsur propesionalitas sudah mulai masuk. Bertindak sebagai supervisor adalah suatu badan yng pengangkatannya didasarkan atas keahliannya dalam hal metodologi pembelajaran.
Meskipun demikian, praktek supervise yang dilakukan oleh supervisor bukanlah memberikan bantuan kepada guru-gurusaja, melainkan lebih mengarah kepada inspeksi. Oleh karena itu,sejak saat ini istilah inspeksi dalam system persekolahan lebih luas dikenal.
Ternyata, system supervise demikian ini juga mengimbas ke sekolah-sekolah di Indonesia . Apa yang dilakukan oleh supervisos lebih banyak memberikan penilikan kepada guru-guru yang menjadi tanggung jwabnya. Mereka bertugas sebagai supervisor dikenak sebagai penilik sekolah. Sampai sekarang ,penilik sekolah ini masih ada dan praktik-praktik penilikan juga masih subur dilakukan di sekolah-sekolah meskipun telah berusaha didobrak dengan menggunakan system supervise yang lebih professional. Supervisi dengan cara memberikan kepenilikan atau inspeksi ini bahkan juga tercantum dalam kurikilum tahun 1968 pendidikan di Indonesia. Penerjemahan supervise dengan melihat dari atas (super=atas,visi=melihat).sebenarnya merupakan wujud supervise dengan cara mengispeksi.
Oleh karena itu supervise yang dilakukan adalah dengan cara menginspeksi, maka control atas pembelajaran lebih banyak dilakukan dibandingkan dengan mengambil langkah-langkah supervise. Sayangnya ,tidak jarang mereka yang memberikan kepenilikan dan kepengawasan,tidak selalu paham dengan pembelajaran yang dilakukan oleh guru. Oleh karena itu, tidak jarang sebagai kompensasi atas ketidakmengertian terhadap pembelajaran yang sedang berlangsung, kemudian banyak supervisor manakut-nakuti kepada guru.
Pada abad ke 19 supervisi pembelajaran sudah lebih professional lagu. Supervisi yang dilakukan oleh supervisor tidak lagi sekedar mengontrol dan memberikan kepenilikan di bidang pembelajaran, melainkan mengimbas juga ke bidang-bidang administrasf. Maka jenis supervisi yang dilakukan tidak saja teraksentuasi pada pekerjaan-pekerjaan guru yang berkaitan dengan aspek akademik, melainkan berkaitan juga dengan aspek-aspek administrastif.
Jika kita melihat kurikulum 1975, pendidikan di Indonesia,supervise pembelajarn yang dikonseptualisasikan dalam kurikulum tersebut terkena imbas perkembangan supervise pembelajaran pada abad ke 19. Sungguh pun telah mengalami peningkatan setapak lebih Dikatakan mengalami peningkatan, karena supervise pembelajaran pada abad ke 19 lebih menonjolkan aspek kontrolnya ketimbang aspek supervisinya, sementara pada kurikulum 1975 telah menonjolkan aspek supervisinya. Imbas supervise pembelajaran pada abad ke 18 atas supervise pembelajaran dalam kurikulum 1975, terutama terletak pada aspek substansifnya, aitu sama0sama tertuju ke aspek akademik dan administrative.
Pada kurikulum 1984 dan seterusnya, supervise pembelajaran lebih banah diaksentuasikan kepada aspek-aspek akademik dan tidak banak lagi ke aspek administrative. Supervisi pembelajaran yang dahulunya lebih banyak menjadi tanggung jawab pengawas sekolah, kini lebih banak beralih menjadi tanggung jawab kepala sekolahatau pimpinan sekolah,karena kepala sekolah hamper setiap hari bertemu dengan guru-guru. Meskipun demikian, pengawas sekolah juga tetap memberikan supervise kepada guru-guru, baik secara langsung kepada guru maupun secara tidak langsung melalui kepala sekolah.
Saat diterapkannya kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), pelaksanaan supervise juga ditekankan. Bahkan setelah KTSP diberlakukan, lahirlah Permendiknas RI Nimor 12 Tahun 2007 tentang Standar Kompetensi Pengawas Sekolah/Madrasah yang mengatur pelaksanaan supervise yang harus dilakukan oleh pengawas. Demikian juga lahirna Permendiknas Nomor 13 Tahun 2007 tentang Standar kepala sekolah/Madrasah, juga menegaskan kembali bahwa supervise akademik memang harus dilakukan oleh kepala sekolah.
Pengertian supervisi secara umum
Secara terminologi umum, istilah supervise berarti mengamati, mengawasi,atau membimbing dan menstimulir kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh orang lain dengan maksud untuk mengadakan perbaikan. Konsep supervise didasarkan atas keyakinan bahwa perbaikan merupakan suatu usaha yang kooperatif dari semua orang yang berpartisipasi dan supervisor sebagai pemimpin, yang juga bertindak sebagai stimulator, pembimbing,dan konsultan bagi para bawahannya dalam rangka upaya perbaikan mutu pendidikan.
Supervisi pembelajaran merupakan suatu usaha mengkoordinasi dan membimbing secara kontinu pertumbuhan guru-guru disekolah baik secara individu maupun kelompok. Hakekatnya segenap bantuan yang ditujukan pada perbaikan-perbaikan dan pembinaan aspek pengajaran.
Supervisi berasal dari kata “super” artinya lebih atau atas, dan “vision” artionya melihat atau meninjau. Secara etimologis supervise artinya melihat atau meninjau yang dilakukan oleh atasan terhadap pelaksanaan kegiatan bawahannya. Namun pengertian ini membawa implikasi bahwa seolah-olah supervise disamakan dengan pengawasan atau inspeksi yang umum berlaku, terutama dalam dunia pendidikan. Supervisi pendidikan atau supervise sekolah di asumsikan sebagai kegiatan mendeteksi kesalahan dari bawahan dalam melaksanakan perintah serta poeraturan-peraturan dari atasan. Kesalahan dalam melaksanakannya dipandang sebagai suatu hal yang harus mendapat hukuman atau ganjaran yang dikenal dengan nama hukuman administrative. Tetapi nsebenarnya kegiatan supervise itu dilakukan oleh orang tertentu yang disebut dengan supervisor yang pada hakekatnya juga pemimpin pendidikan untuk menilai kemampuan guru maupun tenaga kependidikan lainnya dalam melaksanakan tugasnya masing-masing, serta melakukan teguran-teguran atau perbaikan terhadap kekurangan-kekurangan atau memberikan solusi terhadap kesulitan-kesulitan yang dialami bawahannya.
Pengertian supervisi pembelajaran
Secara etimologi, supervisi pembelajaran sering diartikan sebagai serangkaian bantuan usaha dari guru. Terutama bantuan yang berwujud layanan profesional yang dilakukan oleh kepala sekolah, dan pengawasan serta supervisor lainnya untuk meningkatkan proses dan hasil belajar.
Banyak pakar yang memberikan batasan supervisi sebagai bantuan pada staf untuk mengembangkan situasi belajar mengajar yang baik, Adams memberikan batasan sebagai perencanaan program perbaikan pembelajaran. Sementara itu Wies memberikan batasan supervisi sebagai berikut: “supervision is service activity that exits to help teacher do their job better”.
Berdasarkan pengertian-pengertian tersebut, nyatalah bahwa supervisi pembelajaran adalah sebagi berikut:
Serangkaian bantuan yang berwujud layanan perofesional.
Layanan professional tersebut dibarikan oleh orang yang lebih ahli kepada guru.
Maksud layanan professional tersebut adalah agar dapat meningkatkan kualitas proses dan hasil belajar sehingga tujuan rencana pendidikan akan tercapai.
Batasan supervisi pembelajaran yang demikian ini sekaligus mereduksikan supervisi pembelajaran model lama. Supervisi pembalajaran model lama, sebanarnya lebih mencerminkan dari segi etimologis, yang nama praktik-praktik supervisi lebih banyak mengarah ke inspeksi, pemilik dan pengawas.
Tipe supervisi pembelajaran
Supervisi pembelajaan mempunyai banyak tipe, diantaranya adalah:
Supervise sebagai inspeksi
Tipe supervise pembelajaran seperti inihanya ingin mencari kesalahan gurunya, tanpa dimaksudkan untukmelakukan pembinaan. Bahkan ia bukan membina, malah membinasakan. Tipe supervisor pembelajaran seperti ini biasanya dilakukan oleh pengawas atau administrator sekolah yang otokratis, mengutamakan pada upaya mencari kesalahan orang lain, bertindak sebagai inspektur yang bertugas mengawasi guru.
Supervisi yang Laisses faire
Tipe supervisi pembelajaran seperti ini dijalankan oleh pengawas atau supervisor secara tanpa pendirian alias sebab boleh. Dengan tipe supervisi ini, guru guru boleh mengajar tanpa diberi petunjuk yang benar.
Supervisi yang coersive
Tipe supervisi seperti ini, sifatnya memaksa kehendaknya. Apa yang diperkirakannya sebagai sesuatu yang baik, meskipun tidak cocok dengan kondisi ataupun kemampuan pihak yang disupervisi tetap saja dipaksakan berlakunya. Guru sama sekali tidak diberi kesempatan untuk bertanya mengapa harus demikian.
Supervisi yang bertipe training dan guidance
Tipe supervisi pembelajaran seperti ini diartikan sebagai memberikan latihan dan bimbingan kepada guru dalam rangka peningkatan dan pengembangan kemampuan profesionalnya. Hal yang positif dari supervisi pembelajaran ini adalah guru dan staf tata usaha selalu mendapatkan latihan dan bimbingan dari administrator sekolah atau pengawas.
Supervisi demoktratis
Tipe supervisi yang demoktratis memerlukan kondisi dan situasi yang khusus untuk menjalankan tugasnya. Pemampilan berbeda dengan beberapa tipe yang dikemukakan sebelumnya. Bagi supervisor pembelajaran yang demoktratis, dialog, diskusi, kesepakatan bersama, menjadi sanagat penting, tanjung jawab bukan hanya seorang administrator sebagai pemimpin saja yang memegangnya, tetapi didistribusikan kepada guru sesuai dengan kemampuan dan keahlian masing-masing.
Tujuan supervisi pembelajaran
Tujuan supervisi pembelajaran adalah untuk meningkatkan kemampuan profesional guru dalam meningkat proses belajar melalui pemberian bantuan yang terutama bercorak layanan profesional kepada guru. Jika proses belajar meningkat maka hasil belajar diharapkan meningkat. Adapun tujuan supervisi sebagai berikut:
Mempebaiki proses belajar mengajar.
Perbaikan tersebut dilaksanakan oleh supervisi.
Supervisi dilakukan oleh supervisor.
Sasaran supervisi adalah guru dan orang lain yang ada kaitannya atau dalam rangka memberikan layanan supervisi kepada guru.
Secara jangka panjang, maksud supervisi adalah memberikan kontribusi bagi pencapaian tujuan
Memperbaiki matei dan kegiatan belajar mengajar.
Memperbaiki media belajar mengajar.
Memperbaiki sikap guru atas tugasnya.
Memperbaiki metode belajar mengajar.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Sejak zaman Belanda hingga awal tahu 1950-an, kata supervisi yang popular sekarang, lebih dikenal dengan istilah inspeksi. Karenanya kegiatan supervisi pembelajaran yang kita kenal sekarang, dulunya merupakan aktivitas inspeksi, pemeriksaan, pengawasan atau penilikan atas proses belajar mengajar.
Hingga saat ini sesekali kegiatan supervisi itu masih berbau inspeksi, karena sifatnya melakukan pemeriksaan, pengawasan, dan penilikan. Namun demikian, titik tekan inspeksi adalah menyalahkan, sedangkan supervisi titik fokusnya adalah melakuakan bimbingan professional. Karena itu, supervisi dapat diberi makna sebagia inspeksi untuk mencari kelemahan-kelemahan guru hanya sebuah diagonis, yang kemudian ditindaklanjutin dengan kegiatan bimbingan professional terhadap mereka.
DAFTAR PUSTAKA
Blogspot. (2013). Makalah perkembangan supervisi pendidikan sejak awal sampai sekarang. (online) https://kumpulanberbagaimakalah.blogspot.com/2013/12/makalah-perkembangan-supervisi.html diakses tanggal 05 Oktober 2019
Rizka. (2015). Makalah supervisi pembelajaran. (online) https://makalahuniq.blogspot.com/2015/10/makalah-supervisi-pembelajaran-normal-0.html diakses tanggal 05 Oktober 2019
Aina Mulyana. (2018) SUPERVISI PEMBELAJARAN (Online) https://ainamulyana.blogspot.com/2012/02/supervisi-pembelajaran.html diakses tanggal 07 Oktober 2019
Komentar
Posting Komentar